Miracle

ff miracle

Miracle

 

Author : Kybi_byun

Main cast : Im yoona and …

Genre : sad, romance

Rating : G

Disclaimer : This story belongs to me but the cast belongs to god.

 Maaf jika ada kesamaan alur cerita, itu tidak disengaja.

Soshim boy – Goodnight Yoona

 

Summary : Terimakasih untuk tetap menepati janjimu

 

 

Happy Reading

 

.

.

.

.

.

2014

 

Surai hitam itu telah berubah menjadi putih. Tanda bahwa pemiliknya sudah menua. Tetapi manik mata itu juga senyuman itu, tak pernah berubah.

Hanya diam terduduk di beranda rumah, menikmati salju yang dingin turun dengan lembut. Mengenang kejadian masa lampau yang sudah hampir tak diingat karena faktor usia yang semakin bertambah.

Tapi pertemuan itu tak akan pernah lekang dari ingatannya, pertemuan terakhir di tahun 1970. Pertemuan yang merupakan sebuah

 

‘keajaiban’.

 

.

.

.

.

1970

 

Semakin lama cahaya matahari semakin redup tenggelam kembali pada peradabannya, meninggalkan langit temaram yang ditemani oleh bulan tanpa bintang-bintang yang berkelip mengakibatkan dunia ini semakin dingin.

Seorang gadis termenung di taman tepi sungai yang menjadi maskot kota itu. Sungai han. Tempat yang selalu mengingatkannya akan pria itu, pria yang selalu ia tunggu di taman ini. Terhitung sudah 1 tahun dia selalu berkunjung ketempat itu tepat pada pukul 4 sore seperti janji pria itu untuk bertemu dengannya.

Dan dia akan terus menunggu hingga langit malam menyelimuti dunia bagian timur itu, jika sudah menunggu gadis itu akan asyik dengan pikirannya. Pikiran yang kembali pada masa 3 tahun lalu dimana ia masih berada di kota bagian paling selatan di korea selatan tepatnya kota busan. kota seribu kenangannya bersama seseorang disana.

“boleh, aku duduk disini?” seorang pria sudah berdiri tepat dihadapannya, gadis itu mendongak melihat seseorang yang mengganggu kegiatannya bernostalgia.

Iris mata itu bertemu. Entah kenapa keduanya enggan untuk memutuskan tatapan itu. Gadis itu segera tersadar dan menganggukan kepalanya sambil bergumam untuk mengizinkan pria itu duduk disampingnya. Pria itupun duduk disamping gadis itu dan mengucapkan terimakasih dengan senyuman manisnya.

Tidak ada perbincangan diantara keduanya, hanya semilir angin musim dingin yang menemani mereka malam itu. Mungkin orang-orang lebih memilih untuk berkumpul dengan keluarga dan duduk didepan perapian sambil menyesap teh atau coffee, tetapi berbeda dengan dua orang itu yang memilih untuk duduk disebuah bangku taman dengan memakai atribut penghangat tubuh seperti jaket yang cukup tebal dan scarf yang melilit leher mereka.

Sesekali pria itu mengalihkan pandangannya pada gadis disampingnya.

 

‘maaf’

 

“kau percaya pada keajaiban, aghassi?” gadis itu menolehkan pandangannya pada pria disampingnya yang sedang menatap sungai han dengan bayangan cahaya yang dipantulkan oleh kelap kelip lampu didekatnya.

Tidak ada jawaban yang dilontarkan oleh gadis itu, akhirnya pria itu menoleh untuk melihat reaksi yang diberikan gadis itu. Tatapan itu kembali terhubung dengan senyuman yang menghias wajah manis nan tampan pria itu membuat aliran darah gadis disampingnya berdesir hangat menjalar keseluruh tubuhnya. Tidak berbeda jauh dengannya. pria itu, dia juga merasakan hal yang sama dengan gadis disampingnya.

 

Tatapan dan senyuman itu mengapa terlihat mirip dengannya.’ Batin gadis itu

 

Akhirnya gadis itu menggumamkan kata tidak sebagai jawabannya, dan mereka kembali mengalihkan pandangannya masing-masing ke depan.

Pria itu tersenyum miring dan menghembuskan nafas kasar juga tatapan sendu yang terlihat jelas dimatanya.

“wae? Bolehkah aku mengetahui jawabanmu….”

 

‘Na-ya’

 

“karena seseorang itu tidak pernah datang, dan jika keajaiban itu ada, mungkin dimusim dingin ini dia sudah berada dihadapanku.”

 

 

Terhitung dua minggu setelah pertemuannya dengan pria itu gadis  yang bernama im yoona itu selalu bertemu dengannya setiap ia melakukan kebiasaannya menunggu seseorang di masa lalunya. Anehnya pria itu juga seakan akan memiliki kebiasaan yang sama dengan yoona, hanya duduk terdiam bersama yoona dan akan beranjak dari bangku taman itu saat yoona juga beranjak pergi.

Yoona tidak pernah risih dengan pria itu dia justru menikmatinya, berbicara dengan pria itu dan menurutnya pria itu sangat cocok dengannya. Yoona merasa nyaman didekat pria itu dan bercerita dengannya. Bahkan yoona sempat lupa tujuan utama dia berada ditempat itu.

Salju turun semakin lebat cuaca pun semakin dingin, tapi semua itu tidak mengurungkan niat yoona untuk selalu menunggu seseorang di masa lalunya dan bertemu dengan pria yang belakangan ini menemaninya. Mengapa sekarang ia sering memikirkannya? Mungkin tujuan utama yoona datang ketempat itu bukan untuk menunggu seseorang itu lagi tetapi untuk bertemu dengan pria musim dinginnya.

Yoona datang lebih awal dari biasanya, dia bosan dirumah orangtuanya selalu saja bertengkar. Sudah dua jam yoona hanya memandang sungai han yang mulai membeku karena efek musim dingin. Salju yang turun dengan cukup lebat mengakibatkan pemandangan yang tersaji tidak begitu terlihat dengan jelas.

Yoona merasa heran karena pria itu tak kunjung terlihat, mungkin ia tidak memiliki janji dengan pria itu tapi dia yakin pria itu tahu bahwa yoona menunggunya. 3 jam telah berlalu hari mulai semakin gelap karena malam mulai menggantikan siang menutupi matahari yang memang tidak terlihat karena banyaknya salju yang turun.

Yoona mulai merindukan pria itu dia baru sadar bahwa dia tidak mengetahui nama pria itu tetapi pria itu mengetahui namanya. Ah mengapa dia begitu bodoh bahkan dia lupa hal terkecil seperti menanyakan nama.

Cuaca sangat dingin malam itu, yoona sudah mulai kedinginan padahal ia sudah memakai baju hangat hingga berlapis dan scarf yang menutupi leher indahnya hingga menutupi mulutnya, yoona mulai beranjak dari duduknya dia kecewa karena hari ini dia tidak bertemu pria itu apakah mungkin karena cuaca yang sangat dingin? Ya mungkin seperti itu. Semoga esok dia bertemu dengannya. ya itu harapan yoona untuk hari esok.

 

Seperti biasa hari ini ia pergi menuju sungai han lagi, salju hari ini tidak begitu tebal seperti kemarin mungkin saja hari ini yoona bertemu dengannya. Di perjalanan yoona menghampiri sebuah coffee shop sederhana dipinggiran jalan kota seoul, yoona berniat membeli satu cup coffee untuk sekedar menghangatkan tubuhnya.

Yoona cukup terkejut karena dihadapannya kini berdiri seseorang yang belakangan ini memenuhi pikirannya sedang tersenyum di balik meja counter dengan memakai baju untuk pelayan coffee shop itu, rupanya pria itu bekerja di sini. Yoona pun tersenyum dan menyebutkan salah satu coffee yang ada di daftar menu dan tidak lama kemudian pria itu memberikan coffee yang yoona pesan dan sedikit membungkuk sebagai tanda terima kasih pada yoona.

“silahkan datang kembali.”

Pria itupun melayani pengunjung lain tanpa melirik pada yoona. Gadis itu cukup heran mengapa pria itu terlihat seperti tidak mengenal yoona? dia memang tersenyum tapi senyuman itu ia tunjukan pada siapapun lebih tepatnya senyuman pelayan untuk pengunjung.

Yoona merasa sangat heran dengannya. apa mungkin pria itu mementingkan profesionalitas dalam bekerja? tapi apasalahnya hanya menyapa sebagai seorang yang saling mengenal? ah yoona bisa gila memikirkannya.

“maaf aghassi, anda menghalanginya untuk memesan.”

Yoona tersadar dari lamunannya, saat ia melihat kearah belakang sudah ada beberapa pengunjung yang mengantri, saat yoona kembali menatap pria itu ia tidak menyia-nyiakannya untuk melihat papan nama pria itu.

 

XI LUHAN

 

‘ternyata namanya xi luhan baiklah kalau begitu.’

 

“ah maaf.”

Yoona membungkuk sebagai tanda meminta maaf. Yoona segera pergi dari depan meja counter tempat untuk memesan itu, ia langsung memilih tempat duduk tepat diujung coffee shop itu, dari tempat itu ia bisa dengan jelas memperhatikan gerak-gerik luhan.

Yoona merasa luhan berbeda dengan luhan yang belakangan ini selalu menemaninya di taman tepi sungai han. Luhan yang ia lihat hari ini terlihat lebih pendiam dari yang yoona tahu. Saat yoona memperhatikan luhan pria itu pun tidak sengaja melihat kearahnya yoona pun tersenyum padanya tetapi tak ada senyum balik dari pria itu, tidak lama kemudian pria itu beranjak dari balik meja counter ke sebuah ruangan khusus pegawai, dan ada seseorang yang menggantikan posisi luhan untuk melayani pengunjung.

Kurang lebih 10 menit setelah luhan masuk keruangan itu akhirnya dia keluar dengan memakai kaos berwarna biru tua yang dibalut jaket tebal untuk melindunginya dari cuaca dingin diluar dan celana jeans hitam yang dipakainya juga ransel yang bertengger dipunggungnya.

Yoona melihat jam yang terpasang di pergelangan tangannya, jarum jam itu menunjukan pukul 3 sore. Yoona pun segera berjalan ketempat tujuan utamanya. kemana lagi jika bukan taman tepi sungai han.

Seperti biasa yoona duduk di sebuah bangku taman dan hanya diam terduduk disana tanpa berencana melakukan sesuatu. Terlihat seorang pria berlari kearah yoona dan berhenti 3 meter dari hadapan yoona. Dia melihat yoona sedang memejamkan matanya sangat cantik oh betapa ia rindu pada gadis itu.

“yoongie.”

Yoona merasa ada seseorang datang berdiri dihadapannya, samar-samar ia mendengar ada suara yang memanggilnya. panggilan yang ia rindukan. Walau suara itu lebih terdengar seperti bisikan.

Saat ia membuka mata ia melihat sosok yang sangat familiar baginya. Ya, orang itu seseorang yang ia tunggu selama ini berdiri dihadapannya. Betapa senangnya ia melihat senyuman itu yang sangat menenangkan baginya.

“kau..kau datang?” Yoona langsung memeluk orang itu tubuh yang sangat ia rindukan. pelukan hangat yang membuatnya ingin selalu berada dalam keadaan seperti itu, tanpa ada yang memisahkan mereka.

Pria itu terkejut apakah mungkin ia..

“yoona?” saat yoona membuka mata bukan sosok itu yang ada dihadapannya ia salah mengira. Sebegitu rindukah yoona padanya? Pada pria masa lalunya?

“ah, lu.. han ma.. maaf.”

“gwaenchana.” Dia pikir gadis itu dapat melihatnya.

 

“cuaca sangat dingin, apa kau tetap ingin disini?” pria itu menatap yoona khawatir wajah yoona sudah memucat kedinginan tapi gadis itu tetap tersenyum meyakinkan dirinya baik-baik saja.

“uhm, luhan.” Yoona tidak mengalihkan pandangannya dari sungai han yang membeku.

“eoh, bagaimana kau tahu..”

“kau lupa atau kau memang tidak menyadarinya? Eoh!”

“lupa? Aku melupakan apa?”

“tadi kita bertemu ditempatmu bekerja. Coffee shop. Tapi aku kecewa karena kau terlihat tidak mengenalku, aku butuh penjelasan. Bahkan pada saat aku tersenyum padamu kau mengacuhkannya.” Yoona mengerucutkan bibirnya lucu. Oh ia masih mengingat bagaimana gadis itu merajuk. Semua tentang gadis itu masih terpahat sempurna di otaknya.

“maaf, tapi.. euh tadi aku..aku sedang bekerja jadi aku tidak fokus, maaf ne?”

“baiklah, aku memaafkanmu tapi aku ingin bertanya. Kenapa kemarin kau tidak datang?”

“mwo?” mengapa yoona melihat sosok itu lagi dalam diri luhan sungguh semua yang ada pada luhan sama persis seperti orang itu.

“kau tetap disini kemarin?”

“ne, memangnya kenapa?” yoona meringis saat pria disampingnya ini terlihat kesal.

“KAU GILA NA-YA!” ucapan pria itu menaik beberapa oktaf sungguh menakutkan.

Yoona terdiam bukan karena bentakan pria itu tapi panggilan itu, ekspresi itu yoona mengenalnya. mengapa? Mengapa luhan memanggilnya seperti itu.

 

“bagaimana jika aku memanggilmu dengan sebutan rusa betina? Hahaha”

“panggilan macam apa itu? Mengapa aku merasa itu adalah sebuah ejekan!”

“baiklah, uhm yoona…yoonaya..” sepertinya laki-laki itu sedang memikirkan panggilan untuk gadis yang selalu menemaninya itu.

“ah! Bagaimana jika na-ya sangat lucu bukan?”

 

‘bodoh mengapa aku memanggilnya seperti itu’

 

“ah maaf maksudku yoona.. eu.. eoh?”

 

Tes

 

Satu tetes air mata itu meluncur sempurna tanpa pemilik nya hendaki di pipi indahnya.

“yoona? Kau.. maaf aku tidak bermaksud membentakmu tapi-..”

Pria itu membelalakkan matanya kaget yoona kembali memeluknya, apa yoona menyadarinya?

 

‘oh tuhan ada apa dengannya?’

 

Yoona terisak dalam pelukannya. Sakit, sesak yang pria itu rasakan, ia tidak ingin melihat gadis itu menangis, rasanya seperti ada yang mencekiknya jika ia melihat satu bulir air mata itu jatuh dari mata indah gadis itu.

“mengapa.. mengapa kau memanggilku seperti itu?”

Satu yang ia sadari sekarang yoona menangis bukan karena bentakan itu tapi panggilan yang ia ucapkan, bagaimana ini, apa ia akan mencurigainya?.

“a-aku, tidak sengaja mengucapkannya, ya tidak sengaja. Panggilan yang bagus bukan?”

Yoona melepaskan pelukannya, mengusap air mata yang mengalir di wajah cantiknya.

“kau seperti dirinya.” Yoona berucap dengan lirih, yoona tidak tahan dengan semuanya terlalu sakit untuk mengingatnya.

“berhentilah menangis, sepertinya ia tidak suka melihatmu menangis.” Senyuman hangat itu kembali ia tunjukan pada gadis itu sekedar untuk menenangkannya.

“bagaimana dengan satu lagu gratis eum?”

 

Mereka memutuskan untuk pergi ke rumah atap luhan tempat dimana ia tinggal, awalnya yoona menolak tapi dengan aegyo pria itu akhirnya yoona menyetujuinya. Aegyo yang mengingatkannya pada seseorang. Mengapa luhan sangat mirip dengannya? Yoona tidak mau ambil pusing mengingat orang itu saja membuat yoona merasa sesak. Mungkin memang keduanya ditakdirkan persis satu sama lain mengapa yoona harus memikirkannya.

Satu lagi tingkah luhan yang sangat mirip dengan pria itu, yoona merasa bahwa ini adalah sebuah keajaiban yang tuhan berikan untuk mengobati rasa rindu yoona pada pria yang selalu ia tunggu.

Ya, setidaknya walau tidak bertemu langsung dengan orang yang selalu ditunggunya. dengan bertemu luhan, rasa rindu yoona pada orang itu sedikit terobati. karena sikap luhan yang sama persis dengan orang itu, semua yang yoona lihat dari diri luhan seperti ia melihat orang itu. Mungkin yoona merasa nyaman bersama luhan karena luhan mirip dengan orang itu?. Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Mereka duduk di tepi rumah atap sederhana itu, ribuan cahaya lampu yang terhampar sejauh mata memandang membuat malam mereka indah walau tak ada bintang dilangit sana. Ditemani dua cangkir teh yang akan membuat tubuh mereka hangat dimalam musim dingin ini.

Kepulan asap menari-nari di hadapan mereka saat hembusan nafas itu keluar dari mulut keduanya. Hening. itulah keadaan yang dapat digambarkan kini, mereka terlalu asyik dengan pemandangan yang indah walau hanya ditempat yang sederhana.

Yoona merasa tidak nyaman dengan keadaan ini akhirnya ia memutuskan untuk memulai pembicaraan.

“mana lagu yang kau janjikan padaku? Aku ingin mendengarnya.” Yoona menutup mata indahnya menikmati angin musim dingin yang menerpa wajahnya.

 

‘wajah itu masih sama seperti dulu, wajah malaikat yang selalu ingin kulihat’

 

“bukankah tiga hari lagi kau berulang tahun?” yoona langsung menolehkan kepalanya saat mendengar pria disampingnya ini mengeluarkan suaranya.

“bagaimana kau bisa tahu?” kerutan halus itu tercipta saat yoona mengeluarkan kebingungan yang ada di kepalanya.

Hanya senyuman manis yang ia perlihatkan membuat wajah pria itu semakin tampan.

“kau bisa datang ke sungai han pada malam ulang tahun mu?”

“mengapa harus di malam ulang tahunku?”

“aku akan menunggumu. Sekarang sudah malam lebih baik kau pulang. Ayo kau akan ku antar.”

 

 

3 hari belakangan ini setelah yoona mengunjungi rumah atap luhan, ia tidak pernah melihat luhan entah di sungai han, di coffee shop tempat luhan bekerja dan bahkan di rumah atapnya.

Yoona ingat bahwa ia sudah memiliki janji dengan luhan saat malam ulang tahunnya. Sepertinya yoona telat 30 menit dari waktu yang telah mereka tentukan.

Yoona berlari kecil dari halte hingga ketempat biasa ia dan luhan bercengkrama. Yoona merasa ia merindukan sosok luhan yang selalu tersenyum manis padanya.

Udara malam ini tidak terlalu dingin seperti malam malam sebelumnya. Tapi tetap saja taman ini terlalu sepi untuk taman yang terdapat di pusat kota. Yoona dapat melihat sosok itu sedang duduk di bangku taman yang terlihat dingin saat disentuh. siapa lagi jika bukan luhan.

Ada yang berbeda dari pria itu. ia –luhan- sedang memainkan sebuah gitar dan sepertinya sedang bernyanyi. Samar-samar yoona mendengarnya ia pun semakin mendekat dan ia mendengarnya. mendengar lagu itu, lagu yang sudah lama tidak ia dengar.

Lagu ciptaan seseorang dimasa lalunya. Lagu yang sangat ia sukai. Lagu pengantar tidurnya. Lagu yang akan selalu mengingatkannya pada orang itu. bagaimana mungkin luhan tahu lagu itu?

 

Jaljara yoona

Jaljara yoona-ya

Uri kkumseok-e seo dashi man na

Jaljara yoona

 

Jaljara yoona-ya

Yeppeun kkumseok-e seo dashi man na

Neoui eoji reobdeon gipeun haru kkeut-e

Napeun gieok dereun eomneunji

Mugeoun saenggak-e jam motirujin aneunji

 

Jaljara yoona

Jaljara yoona-ya

Uri kkumseok-e seo dashi man na

Jaljara yoona

Jaljara yoona-ya

Yeppeun kkumseok-e seo dashi man na

Goyohi

 

Neomu chakhaeppajin geureon maeum ddaem-e

Dareun sangcheo deureun eomneunji

Chagaun dalbitj-e

Bam saewo duicheogi neunji

 

Yeorin eoggae deulsseok-ineun neujeun bam

Neoui waereoum

Ijen todakyeojuji mothaedo

Yeppeun byeol haneul geu araeseo hoo~

 

Dan saat itu juga yoona membeku. Aliran darah itu serasa berhenti. Air mata itu mengalir dengan indah.

Ya. Sekarang yoona menyadarinya. Menyadari semuanya, kejanggalan itu. ia yakin sosok yang sedang bernyanyi itu. sosok yang menemaninya beberapa waktu terakhir ini. Sosok yang membuat yoona nyaman berada di sisinya. Sosok itu sama dengan seseorang yang ia tunggu.

Seseorang yang berjanji akan menemuinya pada hari ulang tahunnya. Tepat 1 tahun lalu. Seseorang yang tidak kunjung datang. Seseorang itu…

“b-baekhyun?”

Ia mendongak. Tatapan itu saling bertemu kembali. Senyuman itu kembali terukir. Tetapi dengan ditemani bulir bening yang menyeruak keluar dari manik indah keduanya.

“na-ya.”

“be-benarkah ini dirimu?”

“uhm. Ini aku na-ya. Ini aku baekhyun. Byun baekhyun mu.”

Kembali mereka merasakan hangat tubuh keduanya. Pelukan itu kembali menghangatkan keduanya. Pelukan yang mampu mengembalikan ingatan mereka ke beberapa tahun silam. Pelukan yang tidak pernah ingin terlepaskan. Pelukan yang diinginkan menjadi sebuah pelukan abadi yang tidak pernah ingin terlepas karena waktu yang akan terus berjalan.

Mungkin tubuh itu berbeda. Raga itu berbeda. Tapi yoona yakin itu adalah baekhyunnya. Seseorang yang sudah lama ia tunggu. Seseorang yang akhirnya datang menemuinya tepat pada saat hari ulang tahunnya persis seperti janji mereka. Seseorang yang akhirnya menepati janjinya. Mungkin inikah yang disebut..

 

‘Keajaiban?’

 

Sekarang yoona percaya bahwa keajaiban itu memang ada. Karena tuhan selalu adil pada hambanya.

“maaf membuatmu menunggu lama.”

Pelukan itu terlepas. Tatapan itu kembali bertemu. Kedua tangan pria itu beralih pada tangan yoona, menggenggamnya erat seolah tak ingin terpisah.

“terimakasih telah menepati janjimu untuk menungguku. Sekarang aku telah datang. Aku telah menepati janjiku. Jadi kau tidak usah berdiam diri dibawah dinginnya salju lagi. kau akan sakit. Dan  kau tidak usah menungguku lagi araseo? Na-ya..”

Tangan dingin itu beralih pada puncak kepala yoona megelusnya lembut. Dan itu membuat air mata yoona mengalir lebih deras.

“te-terima kasih juga telah menepati janjimu untuk menemuiku. Baek hyun..”

Pria itu kembali memeluk sosok rapuh dihadapannya. Dan air mata itu kembali jatuh di wajah tampannya.

“selamat ulang tahun. Na-ya..”

“lagu itu aku ingin mendengarnya lagi.”

“baiklah. jaljara yoona.Jaljara yoona-ya.Uri kkumseok-e seo dashi man na.Jaljara yoona.Jaljara yoona-ya..”

Walau tanpa iringan petikan gitar, walau dengan suara yang serak. Tapi yoona tetap menyukainya. Dan akan tetap menyukainya sampai kapanpun.

“jaga dirimu baik-baik. Aku pergi dan Selamat ulang tahun. Na-ya..”

Pelukan itu terlepas. Raut wajah itu berbeda. Tak ada tatapan sendu hanya tatapan bingung yang terlihat diwajah pria tampan itu.

“siapa kau? Mengapa aku memelukmu?.”

 

Dia telah pergi dan tidak akan kembali untuk waktu yang sangat lama..

 

.

.

.

.

.

2014

 

Sekarang ia baru tahu mengapa pria itu tak kunjung datang. Pria dengan raga yang berbeda. Karena memang dia telah pergi. Pergi ke tempat yang jauh dikarenakan kecelakaan yang dialaminya.

Kecelakaan yang ia yakini bahwa kecelakaan itu terjadi saat perjalanan untuk menemuinya. Ia baru mengetahuinya dari sebuah koran lama yang telah usang yang tidak sengaja ia temukan. Koran yang telah menjadi sebuah origami berbentuk seekor burung yang ia dapatkan dari sebuah gudang dikediamannya.

“halmeoni, makan malam sudah siap.”

.

.

.

.

.

Terlihat dua orang yang sedang berbicara dihamparan rumput di sebuah bukit yang dikelilingi kelap kelip lampu sejauh mata memandang.

Hewan bercahaya yang terbang seperti menari kesana kemari menemani malam mereka yang indah, menerangi malam mereka dengan cahaya indahnya.

 

 

Jaljara yoona

Jaljara yoona-ya

Uri kkumseok-e seo dashi man na

Jaljara yoona

 

Jaljara yoona-ya

Yeppeun kkumseok-e seo dashi man na

Neoui eoji reobdeon gipeun haru kkeut-e

Napeun gieok dereun eomneunji

Mugeoun saenggak-e jam motirujin aneunji

 

Jaljara yoona

Jaljara yoona-ya

Uri kkumseok-e seo dashi man na

Jaljara yoona

Jaljara yoona-ya

Yeppeun kkumseok-e seo dashi man na

Goyohi

 

Neomu chakhaeppajin geureon maeum ddaem-e

Dareun sangcheo deureun eomneunji

Chagaun dalbitj-e

Bam saewo duicheogi neunji

 

Yeorin eoggae deulsseok-ineun neujeun bam

Neoui waereoum

Ijen todakyeojuji mothaedo

Yeppeun byeol haneul geu araeseo hoo~

 

 

Suara dengan nada itu mengalun indah dari mulut pria yang sedang duduk dengan meluruskan kedua kakinya. Gadis disampingnya menjatuhkan kepalanya pada bahu nyaman pria itu.

“apa kau suka?”

“sangat. Sangat suka, apa kau yang menciptakannya. Baek?”

“tentu saja. Ku harap kau akan tidur dengan nyenyak saat kau mendengar lagu itu. agar kau tidak perlu mendengar suara keras saat orang tuamu bertengkar.”

Air mata itu mengalir di pipi mulus gadis itu, entah kenapa ia ingin menangis.

“jika seperti itu berjanjilah untuk selalu menyanyikan lagu itu saat aku akan tidur.”

“tentu saja, aku akan menyanyikan lagu itu untukmu setiap malam, dan akan menemanimu saat kau ingin tidur. Bagaimana?”

“setuju. Kau harus berjanji.”

“baik. aku janji, na-ya.”

Mereka terlarut dalam keheningan, gadis itu menutup mata indahnya, masih setia menyenderkan kepalanya pada bahu pria disampingnya. Beda halnya dengan pria itu, dia menatap hamparan lampu yang indah dibawah sana yang menghias kota kelahirannya. Busan.

Semilir angin menerpa wajah keduanya membuat mereka nyaman walau terasa sedikit dingin. Tak ada niat diantara mereka untuk beranjak atau sekedar merubah posisi mereka, mereka terlalu nyaman dan hanya ingin seperti itu. Untuk waktu yang lama. Bahkan mungkin selamanya.

 

‘Tuhan, kumohon agar kami selalu seperti ini’

.

.

.

.

Apa kabar? aku sungguh merindukanmu

 

Baekhyun…

.

.

.

.

.

Sejak saat itu, aku percaya pada sebuah keajaiban yang diberikan tuhan.

Aku percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini..

Im yoona

 

 

END

 

A/N : Makasih sebanyak-banyaknya udah baca nih ff hehe. Maaf jika ada typo terus feelnya ga dapet, ceritanya ga ngerti, maaf bgt soalnya ini ff kedua aku jadi aku masih belajar.

Ditunggu kritik dan sarannya ya biar aku bisa bikin ff yang lebih baik.. 😉 . oh iya lirik diatas itu lagu dari soshim boy – goodnight yoona, itu lagu enak bgt deh, aku sukaaaa bgt. Sangat-sangat disarankan, Oke makasih #bow

 

4 thoughts on “Miracle

Leave a reply to cytra Cancel reply