Destiny (Chapter 4)

img1419650891561

Destiny
Chapter 4
By : Park Hee Young
PG-15
Romance, Sad
Main Cast : Im Yoon Ah, Cho Kyuhyun, Lee Donghae
Support Cast :  Choi Minho, Seohyun, Jessica Jung, Choi Sulli, Kwon Yuri, Yesung
Disclaimer : FF pertama yang di publish nih, jadi maaf ya kalau ada typo, kata-kata yang nggak nyambung atau ceritanya yang gak jelas hehehe. Maaf juga kalau masih bikin bingung ceritanya. Respon sama sarannya di tunggu ya, thanks  and enjoy the story

  

Auhtor P.O.V

Malam itu hujan deras kembali menghujani Kota Seoul. Seorang yeoja terlihat memandang kota Seoul dari balik jendela kantornya. Namun, jika diperhatikan lebih jauh pandangan yeoja itu malah tidak terfokus pada apa yang ada di depan matanya. Pandangannya terlihat kabur begitupun juga pikirannya yang melayang dengan bebasnya.

Yoona masih tak mau beranjak dari ruangan kerjanya padahal hari sudah larut malam. Dia seolah-olah menyibukkan dirinya sendiri. Namun dibalik kata ‘menyibukkan diri’ itu ada sesuatu yang berusaha untuk ia lupakan. Ya, dia berusaha melupakan namja itu. Choi Kyuhyun, yang bayang-bayangnya semakin menghantui hidupnya.

Kejadian belakangan ini  sukses membuat yeoja itu semakin hanyut dalam masa lalunya.  Namja itu selalu muncul tiba-tiba dihadapannya. Membuat Yoona semakin membayangkan sosok Choi Kyuhyun yang hilang begitu saja. Seolah-olah namja itu selalu mengikutinya kemanapun dia pergi dan muncul sesuka hatinya.

Berbagai cara tlah yeoja itu lakukan untuk menghindari Lee Kyuhyun. Dia selalu bersikap dingin, bahkan tak tanggung-tanggung dia menyinggung dan menyindir sosok Choi Kyuhyun di hadapan Lee Kyuhyun.

Yang membuat yeoja itu tak karuan adalah siapa Lee Kyuhyun sebenarnya? Dia sendiri masih berdebat dengan hatinya. Hatinya selalu mengatakan bahwa Lee Kyuhyun adalah Choi Kyuhyun namun otaknya selalu memaksa bahwa Lee Kyuhyun bukan Choi Kyuhyun. Choi Kyuhyun telah pergi dan selamanya akan begitu.

Setiap detik dalam lamunannya Yoona selalu bertanya-tanya. Jika dia memang Choi Kyuhyun, apa dia masih mengenalinya? Kenapa dia tak menghampirinya, menyapa yeoja itu, bertindak seperti dia mengenal Yoona atau setidaknya mengatakan bahwa dia mengenal Yoona sebelumnya. Dan yang dia harapkan namja itu memberikan penjelasan atas kepergiannya 10 tahun yang lalu.

Namja itu seolah-olah tak mengenalinya namun setiap sikap, gelagat, bahkan senyum namja itu sama sekali tak bisa membohongi hati Yoona. Hal ini membuat yeoja itu nyaris gila.

 

“Yoona-ya..”

“Yoona-ya?”

“Im Yoon Ah.”ucap seorang namja yang memanggil namanya berulang kali. Ketika namja itu memberi penekanan dalam memanggil namanya barulah dia sadar bahwa ada yang memanggilnya.

Yeoja itu kembali terseret ke dunia nyata. Ketika dia menoleh sosok Lee Donghae berdiri di ujung pintu ruangannya.

“Nde? Oppa?”ungkap Yoona terlihat sedikit panik.

“Kau tau sekarang jam berapa?”tanya Donghae.

Yoona kemudian melirik jam tangannya. “Hampir jam 9 oppa. Wae?”

“Kajja kuantar kau pulang. Besok acara besarmu akan digelar sebaiknya kau beristirahat dengan cukup.”tawar Donghae.

“Tapi oppa aku…”

“Sudah jangan banyak bicara, Na-ya. Jika kau menghargaiku sebagai oppa-mu, maka ikutlah pulang bersamaku.”ungkap Donghae yang kemudian menghampiri yeoja itu dan tersenyum di hadapannya.

 

Mau tak mau Yoona memenuhi tawaran Donghae. Seperti yang dia bilang, namja itu mengantar Yoona sampai depan rumahnya.

“Istirahatlah, besok kau harus datang pagi-pagi ke kantor. Aku yang akan menjemputmu besok pagi, Arrachi?”

“Gomawo oppa.”balas Yoona sambil tersenyum simpul.

 

Yoona langsung turun dari mobil Donghae dan bergegas masuk ke dalam rumahnya. Apa yang dikatakan Presdirnya itu benar. Besok semua jerih payahnya akan terbayar. Acara yang sudah menguras waktu, pikiran, dan tenaganya selama ini akan dilaksanakan besok. Dia membutuhkan istirahat yang cukup. Setidaknya untuk besok pikirannya sudah tenang dan semua yang berbau Kyuhyun bisa hilang dari ingatan.

 

***

Donghae benar-benar menepati janjinya. Pagi-pagi sekali namja itu sudah sampai di rumah Yoona. Yeoja itu terlihat tegang sepanjang perjalanan bahkan ketika dia sudah sampai di ballroom hotel tempat acara fashion show acara itu diselenggarakan. Yang paling menegangkan untuknya, seluruh mahakarya, desain baju yang ia rancang akan di lelang saat acara lelang nanti. Lalu, satu rancangan yang sangat spesial baginya. Baju pertama yang dia buat bersama eommanya sebelum eommanya meninggal.

Baju ini sangat sangat berarti untuknya. Tadinya ia ragu apakah ia ingin membuat baju itu atau tidak. Namun, akhirnya Yoona memutuskan untuk membuat bahkan menjualnya di acara lelang. Semoga dengan begitu kasih sayang eommanya bisa dirasakan oleh mereka yang nantinya akan mendapatkan santunan dari penjualan baju itu,

Sepanjang acara Donghae tak bisa lepas dari Yoona. Kemana-mana namja itu selalu menggandeng Yoona. Dia dengan bangganya mengenalkan Yoona pada keluarganya juga para rekan bisnisnya. Bahkan banyak orang yang berbisik mengatakan bahwa Yoona adalah yeojachingu eksekutif muda itu. Ini semua tentu membut Kyuhyun geram. Kyuhyun hanya bisa memandang pemandangan itu dengan getir.

 

“Anda baik-baik saja tuan muda?”tanya sekretaris pribadinya, Kim Ryeowook.

“Bagaimana bisa aku baik-baik saja melihat Donghae menggandeng Yoona seperti itu.”jawabnya ketus.

“Kalau begitu anda harus secepatnya membuka identitas anda di depan Yoona. Sebelum Lee Donghae merebut Nona Im dari anda.”cetus sekretaris Kim sambil tersenyum menggoda atasannya itu.

“Ya! Kau ini menakut-nakutiku saja.”amuk Kyuhyun.

“Saya tidak menakut-nakuti anda tuan muda. Jangan sampai kejadian yang terjadi di masa lalu terulang kembali.”jawabnya.

 

Sontak kata-kata itu seolah meninju Kyuhyun. Dulu dia kehilangan Yoona karena dia mengorbankan yeoja itu untuk hyungnya, yang ternyata bukan saudara kandungnya. Sekarang, Lee Donghae yang berstatus sebagai sepupunya juga mengincar yeoja itu. Apa dia harus kehilangan Yoona karena direbut oleh hyungnya untuk yang kedua kalinya? Perkataan Ryeowook tadi benar-benar membukakan pikiran namja itu.

 

Acara fashion show sudah terlaksana dengan baik, sesuai dengan yang Yoona harapkan. Para modelnya mampu membawakan busana-busana rancangan yeoja itu dengan baik. Dia sendiri merasa terharu akan karyanya. Dia selalu berharap andai eomma dan appa nya bisa melihat hasil jerih payahnya hari ini.

Tiba di saat acara lelang, baju rancangannya laku keras dengan harga yang sangat tinggi. Rasanya dia ingin menangis saat itu juga. Dan baju yang terakhir dress hanbok yang dikenakan oleh Tiffany Hwang.

“Wow, saya sangat terkejut melihat baju rancangan saya bisa terjual dengan harga yang tinggi. Sekarang saya akan mempersembahkan maha karya terbesar saya. Silahkan Tiffany-ssi.”ucap yeoja itu.

Tiffany berjalan ke atas catwalk dengan anggunnya. Dress hanbok yang dikenakan Tiffany benar-benar indah dan membuat siapapun yang mengenakannya terlihat cantik dan anggun. Semua hadirin langsung bertepuk tangan dan terkagum-kagum melihat karya Yoona. Namun seorang namja, yaitu Kyuhyun terkejut dengan baju itu. Dia adalah orang pertama yang melihat rancangan itu.

“Baju ini dulu dirancang oleh saya dan eomma saya sekitar 10 tahun yang lalu, tepatnya beberapa hari sebelum beliau meninggal. Eomma saya adalah seorang desainer, beliau juga yang menjadi motivasi bagi saya untuk bisa berdiri disini dihadapan hadirin sekalian. Ketika memikirkan konsep acara ini, saya memberanikan diri untuk merevisi sedikit rancangan pertama saya dan menampilkannya ke publik. Di dalam baju ini terdapat kasih sayang seorang eomma, juga jerih payah saya. Bisa anda lihat, corak bunga ini dilukis oleh tangan saya sendiri. Saya berharap karya saya ini bisa bermanfaat bagi orang-orang disekitar saya. ”ungkap Yoona yang matanya terlihat sedikit berkaca-kaca.

Orang-orang yang memenuhi ruangan itu langsung bertepuk tangan mendengar cerita Yoona mengenai rancangannya.

“Baiklah kita membuka harga untuk dress hanbok cantik ini. Harga pertama 250 won.”silahkan.

“300 won.”

“350 won.”

“400 won.”

“1000 won!”kali ini Lee Donghae menawar dress hanbok itu dengan harga yang tinggi. Banyak dari mereka yang berpikir dua kali untuk menawar dengan harga yang lebih tinggi. Yoona sendiri tercengan melihat Presdirnya menawar rancangannya dengan harga yang tinggi.

“1500 won.”ungkap Kyuhyun yang tak mau kalah. Namja itu semakin panas dengan sikap Donghae yang selalu ingin merebut hati Yoona.

“2000 won!”balas Donghae.

Kedua namja itu terus menerus berebut mendapatkan dress hanbok itu.

“5000 won!”teriak seorang yeoja yang ternyata yeoja itu adalah Lee Seohyun. Kedua namja itu sontak terkejut melihat dongsaengnya berani menawarkan harga yang lebih tinggi lagi.

“5000 won? Bagaimana apakah ada yang menawar dress cantik ini dengan harga yang lebih tinggi lagi?”tanya pembawa acara. “Baik kita hitung mundur, 5, 4, 3, 2, 1. Baiklah dress cantik ini jatuh ke tangan nona cantik disebelah sana dengan harga 5000 won.”lanjutnya yang kemudian mengetuk palu.

“Ya! Seohyun-ah!”protes kedua namja itu.

“Oppa oppa ini seperti anak kecil saja. Lagipula untuk apa kalian memiliki dress itu? Memangnya kalian akan memakainya? Cih lucu sekali.”ledek Seohyun.

 

***

 

Acara yang melelahkan itu selesai juga. Semua orang memberikan selamat pada Yoona karena acaranya itu berhasil dan berjalan dengan lancar. Melihat itu Jessica merasa iri. Apalagi Donghae yang sejak tadi tak bisa lepas dari Yoona.

Jessica berjalan ke belakang panggung dengan Krystal yang membuntutinya.

“Eonni, apa yang akan kita lakukan?”tanya Krystal.

“Yeoja itu perlu diberikan pelajaran, Krys. Dia perlu tau dengan siapa dia berurusan.”jawab Jessica.

Jessica menghampiri seorang teknisi di belakang panggung. Dia membisikkan sesuatu padanya dan memberikan uang yang cukup banyak untuknya. Setelah itu mereka berdua kembali ke tempat mereka semula.

 

“Oppa, aku akan pergi ke dekat panggung dulu. Sepertinya ada masalah teknis disana.”ucap Yoona seolah meminta ijin pada Donghae.

“Acaranya kan sudah selesai, istirahatlah sebentar. Biar kru lain yang mengurusnya.”balas Donghae yang sepertinya tak ingin jauh-jauh dari Yoona.

“Oppa, meskipun acara baru selesai tetap saja aku yang bertanggung jawab bukan?”rayu Yoona.

“Baiklah. Nanti aku menyusul kesana, aku akan mengambilkan minuman untukmu”

 

Yoona berjalan ke dekat panggung ketika melihat ada sesuatu yang tidak beres disana. Mata Kyuhyun terus membuntuti kemanapun yeoja itu pergi. Sialnya dia melihat ada yang tidak beres. Besi bagian lampu atas terlihat tidak stabil. Seperti akan jatuh. Yoona dengan santainya masih berjalan namun Kyuhyun melihat bahwa besi itu perlahan jatuh dan jika jatuh pasti akan menimpa tubuh yeoja itu.

Tanpa ragu Kyuhyun berlari menghampiri Yoona dan mendorongnya sejauh mungkin agar tidak tertimpa oleh besi itu. Tak ada yang dia takutkan kecuali keselamatan yeoja yang iya cintai. Sekalipun nyawanya menjadi taruhannya.

Prang!!!!!

 

“Yoona-ya!!!!”

“Kyuhyun-ah!”

“Oppa!!!!”

 

Besi itu sukses menimpa tubuh Kyuhyun sedangkan Yoona berhasil selamat karena namja itu berhasil mendorong Yoona. Namun kepala yeoja itu terbentur tembok dan membuat yeoja itu tak sadarkan diri.

 

“Itulah pelajaran bagi orang yang sudah menghalangi jalanku, Im Yoon Ah.”ucap Jessica sambil tersenyum dan sama sekali tidak merasa bersalah atas kejadian ini.

 

***

Yoona

 

              Perlahan mataku terbuka. Ku lihat disampingku ada Minho yang terlelap, juga ada Yuri eonni yang bersender di pundak Yesung oppa dan mereka sama-sama tertidur di sofa. Kepalaku terasa sakit sekali. Bau ini, aku mengenal bau ini. bau rumah sakit.

Kemudian aku memutar ingatanku. Apa yang terjadi sampai-sampai aku berada di tempat yang sangat ku benci ini. Perlahan aku teringat. Aku hampir tertimpa besi kerangka lampu dan aku malah di dorong sekuat tenaga hingga kepalaku terbentur tembok. Kemudian aku memutar lagi ingatanku pada saat itu.

Omo, namja yang menyelamatkanku itu adalah Lee Kyuhyun.

Seketika aku merasa khawatir. Sangat khawatir akan keadaan namja itu. Apa yang terjadi padanya? Bagaimana keadaannya? Apakah dia baik-baik saja? Bagaimana jika dia mati karenaku?

Melihatku yang gusar membuat Minho terbangun.

“Yoona-ya! Gwenchana?”tanyanya khawatir.

“Apa yang terjadi?”tanyaku.

“Semalam kau hampir tertimpa besi lalu Kyuhyun menyelamatkanmu dan kau tak sadarkan diri karena benturan keras dikepalamu itu.”jawab Minho.

“Lalu bagaimana keadaan Kyuhyun? Apa dia baik-baik saja? Apa yang terjadi padanya?”tanyaku bertubi-tubi.

“Yoong, kau begitu mengkhawatirkannya? Kau tak menganggap namja itu Choi Kyuhyun kan?”tanya Minho curiga.

“Choi Minho, ini bukan soal dia Choi Kyuhyun atau bukan. Dia telah menyelamatkanku dan aku harus tau keadaannya sekarang.”bantahku.

 

“Apa? Choi Kyuhyun katamu??!!”

Tiba-tiba Yuri eonni terbangun dan bertanya soal Choi Kyuhyun. Semenjak kejadian 10 tahun yang lalu, eonni sangat membenci Choi Kyuhyun. Bahkan dia bersumpah takkan pernah memaafkan namja itu atas semua perlakuannya terhadap adik kecilnya.

“Kau bilang apa tadi Minho? Choi Kyuhyun? Dia ada disini? Dia yang menyelamatkan Yoona?!”

“Eonni, eonni salah paham. Dia bukan Choi Kyuhyun dia Lee Kyuhyun.”balasku.

“Yoona-ya!!”seru Donghae oppa yang tiba-tiba muncul. Kehadiran Donghae oppa mampu mengalihkan pembicaraan mengenai Choi Kyuhyun. Aku tak tau apa yang akan eonni lakukan jika dia bertemu dengannya.

“Oppa?”

“Bagaimana keadaanmu?”tanyanya.

“Gwenchana, aku hanya merasa sedikit pusing oppa.”balasku sambil tersenyum.

“Syukurlah. Kalian semua bisa pulang. Kalian terlihat sangat lelah. Biar aku yang menjaga Yoona.”ungkapnya.

“Tentu saja. Gomawo, Hae-ya. Ku titipkan yeoja jelek ini padamu. Arra?”ungkap Yuri eonni dengan semangat. Aku bisa menebak, Yuri eonni memang selalu berusaha untuk menjodohkanku dengan temannya ini. “Kajja.”lanjut Yuri eonni sambil menarik Yesung oppa dan Minho secara bersamaan.

“Noona…”protes Minho.

“Ayo, Minho!!”giring Yuri eonni.

 

“Oppa, bagaimana keadaan Kyuhyun-ssi?”tanyaku khawatir.

“Sepertinya dia baik-baik saja. Dia belum juga siuman. Jadi dokter belum bisa memastikan apakah terjadi sesuatu atau tidak.”jawabnya.

“Boleh aku menjenguknya?”

“Nanti saja, jika keadaanmu sudah pulih. Sekarang kau harus makan. Aku membawakan makanan kesukaanmu. Biar aku yang menyuapimu. Oke? Tidak ada kata protes. Arra?”

 

***

Ini hari ketiga ku di rumah sakit. Dokter bilang aku masih butuh perawatan yang intensif, takutnya ada efek parah yang ditimbulkan benturan di kepalaku. Aku merasa sangat bosan dan merasa tak nyaman. Bagaimanapun rumah sakit menyimpan kenangan buruk bagiku. Sudahlah aku tak ingin membahasnya.

Aku hanya terbaring sendirian karena tak ada yang bisa menemaniku pagi ini. Yuri eonni pergi kerja, Minho juga, bahkan Donghae oppa yang biasanya akan meluangkan waktu sesibuk apapun hanya untuk menemaniku tak bisa ada disini karena ada rapat dengan pemegang saham keluarga Lee dan dia tak bisa meninggalkan rapat sepenting itu.

Rasa khawatir akan Kyuhyun belum juga sirna. Kemarin Hae oppa bilang dia sudah siuman. Namja itu mengalami cidera pada tangan kanannya. Sehingga untuk sementara waktu tangan kanannya tak bisa digunakan dengan baik. Tangan namja itu harus di gips. Mendengarnya tentu aku merasa bersalah. Akhirnya aku berinisiatif untuk melihat sendiri keadaan namja itu mumpung tak ada siapapun disini.

Ku dengar dari Hae oppa ruangan tempat Kyuhyun di rawat tak jauh dari ruanganku. Hanya dihalangi oleh satu ruangan. Ketika di depan pintu aku merasa ragu. Apakah aku harus masuk atau tidak. bagaimanapun aku masih merasa canggung dengan namja itu.

Setelah mengumpulkan keberanianku, akhirnya aku membuka pintu ruangan itu perlahan. Omo, ternyata apa yang diceritakan Hae oppa benar. Ku lihat namja itu sedang tertidur dan tangannya di gips. Sepertinya keadaan namja itu sangat parah dibandingkan denganku. Setelah melihat keadannya, aku memutuskan untuk cepat-cepat pergi sebelum namja itu bangun. Namun baru saja ku langkahkan kakiku, namja itu malah bersuara.

“Hey, Yoona-ssi!!”panggilnya.

Dengan ragu aku membalikkan badanku. “Nde?”

“Kau mau kemana? Kemari.”pintanya.

“Aku akan kembali ke kamar rawatku. Aku perlu istirahat.”kataku yang masih berusaha untuk menghindari namja itu.

“Kau sama sekali tak merasa bersalah? Kau bahkan tak menanyakan bagaimana keadaanku.”protes Kyuhyun.

“Mianhae, jeongmal mianhae Kyuhyun-ssi.”

“maaf saja tidak cukup. Kemari duduk disini!”perintahnya. Perintah namja itu akhirnya membuatku terpaksa harus menghampirinya sesuai dengan yang dia perintahkan.

“Ku dengar kau tak boleh banyak menggerakkan tanganmu sampai keadaan tanganmu membaik.”ucapku membuka pembicaraan.

“Begitulah. Entah apa yang bisa ku lakukan tanpa tangan kananku ini. kau tau? Tangan kanan adalah kunci dari semua aktivitas. Tanpa tangan kanan kita tidak bisa melakukan apa-apa.”ucapnya yang membuatku semakin merasa bersalah,

“Mianhae, lagi pula mengapa kau menolongku kemarin? Hal ini juga terjadi akibat kecerobohanmu.”bantahku yang tak terima dipojokkan olehnya seperti itu.

“Menurutmu aku harus diam ketika melihat seorang yeoja berjalan dengan santainya padahal ada besi yang siap menghantamnya?”

Aku diam mendengar balasan namja itu. Benar-benar seperti Choi Kyuhyun yang keras kepala dan tak ingin kalah.

 

“Begini saja. Untuk menebus semua kesalahanmu, kau harus menjadi asistenku. Kau harus menjadi tangan kananku. Bagaimana?”tawarnya.

“Mi cheo sseo? Bagaimana bisa aku menjadi tangan kananmu? Aku harus bekerja. Aku punya kehidupan dan aku tak akan menghabiskan waktuku hanya untuk menjadi tangan kananmu.”tolakku mentah-mentah. Namja ini benar-benar sudah gila.

“Aku tau, kau hanya perlu ada ketika aku membutuhkanmu. Ini juga karena aku menyelamatkanmu, Yoona-ssi. Masih untung aku tidak menyuruhmu membayar semua biaya rumah sakit dan menuntutmu karena aku hampir saja kehilangan nyawaku.”

“Arraseo. Aku akan menjadi tangan kananmu sampai tangan kananmu itu sembuh.”kataku dengan terpaksa.

 

***

Aku tak tau, apakah keputusan yang ku ambil untuk menuruti permintaan Kyuhyun itu benar atau tidak. Dengan begitu, aku pasti akan menghabiskan banyak waktuku dengannya. Bagaimana jika dia benar-benar Choi Kyuhyun? Bagaimana jika benteng pertahanan yang telah ku bangun dalam 10 tahun ini hancur begitu saja? Aku pasti sudah gila.

Aku tau ucapan Kyuhyun itu serius. Tapi tak begini juga, pagi-pagi sekali dia sudah membuat telingaku sakit. Dia menguhubungiku berkali-kali!!! Akhirnya aku mengangkat teleponnya dan sialnya namja itu menyuruhku ke apartemennya pagi-pagi sekali!!!

“Yoona-ssi, kau tak lupa dengan perjanjian kita kan?”

“Tentu tidak. Wae?”balasku malas.

Sekarang kau harus ke apartemenku. Alamatnya nanti akan ku kirim lewat SMS.”

Tanpa ba bi bu lagi namja itu langsung menutup teleponnya. Dasar menyebalkan! Aku mau tak mau harus beranjak dari kasurku yang empuk ini dan bersiap-siap untuk pergi ke apartemen Kyuhyun yang ada di sekitar cheo namdong.

 

Setelah sampai ke sebuah apartemen mewah yang sesuai dengan alamat yang dia berikan padaku.

“Kyuhyun-ssi, naega Im Yoon Ah.”kataku dengan malas sambil menekan tombol intercom apartemen mewah itu. “Kyuhyun-ssi?!!!!”teriakku yang kesal karena dia tak juga membukakan pintu.

“Kau ini berisik sekali.”protesnya ketika membuka pintu.

“Apa yang harus ku lakukan? Cepatlah, aku harus bekerja.”ungkapku ketus sambil berkacak pinggang dan menatap namja dihadapanku ini dengan malas.

“Buatkan aku sarapan. Aku lapar sekali.”jawabnya yang berjalan kemudian duduk santai di sofa.

“Kau ingin ku masakkan apa?”balasku sambil berjalan mencari-cari letak dapur.

“Hmm aku ingin sarapan ala Amerika. Entah kenapa aku rindu Amerika belakangan ini.”jawabnya yang kini sibuk memindah-mindahkan channel tv dengan tangan kirinya.

 

Rasanya kepalaku ini mulai mendidih. Betapa aku menyesali perjanjian konyol ini. lebih baik aku membayar biaya rumah sakit dengan seluruh setengah tahun gajiku daripada harus menjadi pembantu namja menyebalkan ini.

Aku memasak omelette, menggoreng kentang, lalu memanggang beberapa potong sosis dan daging. Untung aku bisa memasak. Meskipun rasanya tak seenak masakan eonni, tapi lumayan lah. Sempat terlintas dalam pikiranku untuk menaruh obat pencuci perut atau  bahkan racun di makanan yang sedang ku buat. Supaya namja ini tau rasa dan kena batunya. Tapi ayolah, aku bukan yeoja semacam itu. Aku hanya mendumel pada diriku sendiri sedangkan namja yang sedang ku buatkan sarapan sedang asik menonton tv.

 

“Sudah matang, silahkan makan.”kataku lalu menyajikan American breakfast itu diatas meja tempat dia menonton tv. “Sudah selesai kan? Aku harus ke kantor.”

“Mau kemana kau, Nona Im? Kau pikir kau akan meninggalkanku begitu saja? Kau kira aku bisa makan dengan tangan kiriku? Atau dengan kakiku?”

“Huh dasar namja menyebalkan!”kataku.

“Kau bilang aku apa tadi?”tanyanya dengan dingin.

Aku hanya menggeleng kemudian mengambil sarapan itu dan hendak menyuapinya. Namun, tiba-tiba ponselku berdering. Aku segera mengambil ponselku dari tas. Ternyata Hae oppa yang menghubungiku. Omo, aku lupa. Aku tidak memberitahu namja itu kalau aku pergi kesini. Aku yakin dia sudah menungguku di rumah.

 

“Nde , Hae oppa? Mian, aku sedang ada di luar rumah. Aku tadi pergi pagi-pagi sekali dan aku lupa memberitahumu. Oppa ada di rumahku sekarang?”

Kyuhyun yang tau kalau aku sedang menerima telepon dari Donghae oppa langsung menunjukkan bahwa ia tak suka. Aku bisa melihat ekspresi wajahnya dari ujung mataku. Namja itu terlihat sangat kesal dan sepertinya dia mencoba untuk menguping pembicaraan kami.

“Gwenchana, Na-ya. Ne, aku ada di rumahmu. Yuri juga bilang kau berangkat pagi-pagi sekali. Tapi kau pergi ke kantor kan hari ini?”

              “Mianhae, oppa. Ne, aku pasti ke kantor. Sebentar lagi aku akan pergi ke kantor, oppa tak usah khawatir.”

“Kau dimana? Biar ku jemput kau kesana dan kita pergi ke kantor bersama.”

              “Aku sedang di…”

“Bilang kau ada di apartemenku dan akan pergi ke kantor bersamaku.”ucap Kyuhyun.

“Mwo??!!”kataku sambil menjauhkan ponselku agar tak terdengar oleh Hae oppa.

“Sudah tak usah banyak bicara.”

 

“Aku sedang ada di apartemen Kyuhyun dan aku akan ke kantor bersamanya oppa. Kau tak perlu menjemputku kemari.”kataku dengan terpaksa. “Puas?”kataku yang berbicara tanpa mengeluarkan suara. Namja dihadapanku malah tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. Melihat wajahnya itu lama-lama bisa membuatku muntah.

Apartemen Kyuhyun? Sedang apa kau disana??!!!” lanjut Hae oppa yang terlihat khawatir atau mungkin cemburu? Ku rasa dari nada bicaranya dia terlihat marah.

“Oppa…”

 

Tanpa seijinku, Kyuhyun merebut ponsel dari tanganku kemudian memutuskan telepon dari Donghae oppa.

“Ya!! Kau ini keterlaluan!!! Kenapa kau tutup teleponnya? Aku kan belum selesai bicara. Kau ini tidak sopan!”makiku.

“Kau sedang bersamaku sekarang. Aku tak suka jika kau menerima telepon dari Donghae hyung seperti itu. Jika kau sedang bersamaku, seluruh perhatianmu harus tertuju padaku.”ungkapnya masih dengan nada yang dingin.

Aku terdiam. Maksud namja ini apa? Sikap seperti ini yang selalu Choi Kyuhyun tunjukkan padaku. Choi Kyuhyun selalu marah jika aku sedang bersama dengannya dan aku malah berhubungan dengan namja lain. Dia tak suka perhatianku terhadapnya terbagi dengan namja lain.

Kau…kau kah namja itu, Lee Kyuhyun?

 

“Kenapa kau diam?”tanyanya dan menyeretku kembali ke dunia nyata.

“Ani. Cepat buka mulutmu.”

 

***

“Yoona!!!”panggil Minho ketika aku baru akan masuk ke ruang kerjaku.

Aku menoleh dan berhenti di tempatku, menunggu Minho datang menghampiriku. “Nde?”

“Apa yang kau lakukan dengan namja itu?”tanya Minho geram.

“Namja mana maksudmu?”tanyaku heran. Pura-pura heran padahal aku tau siapa namja yang Minho maksud.

“Lee Kyuhyun. Ku lihat belakangan ini kau selalu bersamanya. Setiap pagi kau pergi ke kantor dengannya. Kau seperti lem yang selalu menempel padanya. Bukankah kita sudah sepakat? Kau tak mendekati namja itu dan kau tak akan membiarkan dia mendekatimu. Apa kau lupa?”omel Minho. Aku tau dia pasti akan memarahiku seperti ini. Minho merupakan orang yang paling membenci Kyuhyun sama seperti Yuri eonni. Itu sebabnya aku tak memberitahu Minho mengenai perjanjian ini. jika dia tau, aku yakin dia akan melarangku habis-habisan bahkan dia akan membayarkan uang rumas sakit itu.

“Sudahlah, kau tak perlu khawatir seperti itu. Jika kau kesini hanya membicarakan soal Kyuhyun, hentikan. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.”kataku yang mulai malas membahas masalah ini.

“Tapi, Yoong…”

“Aku tau batasan, Minho-ya. Aku tau batasanku. Aku membangun benteng bertahun-tahun untuk namja itu. Kau tak perlu khawatir. Arrachi?”ungkapku yang kini mencoba menenangkannya.

Ketika aku berbalik dan hendak membuka pintu, Minho memelukku begitu saja. Jelas aku sangat terkejut dengan apa yang sudah dia lakukan.

“Aku menyayangimu, Yoong. Terlalu menyayangimu sampai aku tak bisa membiarkanmu terluka lagi.”

“Aku tau, Minho-ya.”

“Ani, kau tak mengetahuinya. Yang kau tau aku hanya menyayangimu sebagai sahabat. Bukankah begitu?”

Aku hendak berbalik dan melepas pelukan Minho namun pelukannya cukup kuat sehingga aku tak bisa lepas dari pelukannya. “Apa maksudmu?”

“Tak bisakah kau melihat ke arahku? Tak bisa kah kau memandangku seperti kau memandang Kyuhyunmu itu? Aku selalu ada untukmu. Aku tak pernah menyakiti dan meninggalkanmu. Tak bisakah kau berbalik dan menatapku? Aku tau Yoong, meskipun sejuta kali kau berkata bahwa kau membencinya kau sudah melupakannya, pada kenyataannya kau tak pernah berhenti mencintai namja itu apalagi berusaha melupakannya. Dan kau, kau selalu berharap bahwa Lee Kyuhyun itu Choi Kyuhyun!”

“Cukup!!!”kataku yang mulai emosi. “Lepaskan aku. Kau tak ada bedanya dengan Kyuhyun ataupun Siwon Oppa. Kau sudah menyakitiku, Minho-ya.”

Aku memaksa melepas pelukannya lalu masuk ke ruangan kerjaku dan menguncinya rapat-rapat. Tak perduli dia mengetuk pintu ruanganku berulang kali sambil meneriakkan namaku.

Aku menangis. Aku tak menyangka Minho yang tulus itu mempunyai perasaan yang lebih terhadapku. Bagaimana bisa? Jelas aku tak bisa memberikan hatiku padanya. Bahkan dia pun tau hal itu. Namun mengapa sekarang dia mengungkapkan semuanya dan membuat semua ini menjadi sulit?

 

“Nde? Bisakah untuk hari ini aku cuti menjadi asistenmu? Aku merasa tak enak badan. Gwenchana, aku hanya butuh istirahat. Gomawo, Kyuhyun-ssi.”

 

Insiden itu membuat adanya jarak antara aku dan Minho. Rasanya ada sesuatu yang menghalangi kami sehingga kami tak bisa sedekat dulu. Aku dan Minho hanya berhubungan jika sedang bekerja. Selebihnya, kami saling menghindar satu sama lain. Mungkin kami membutuhkan waktu, membutuhkan waktu untuk menetralkan perasaan satu sama lain.

Sudah hampir sebulan aku menjadi asisten Kyuhyun. Semakin sini semakin aku menemukan sosok Choi Kyuhyun dalam Lee Kyuhyun. Perasaan benciku terhadapnya semakin sini semakin terkikis. Kebersamaan kami lah yang membuat rasa itu perlahan terkikis. Aku juga mulai terbiasa dengan kehadirannya belakangan ini. Setiap pagi aku datang ke apartemennya, membuat sarapan bahkan menyuapinya. Di kantor, aku datang ke ruangannya di siang hari dan mengantar makan siang untuknya lalu kembali menyuapinya. Begitupun di malam hari. Sepulang dari kantor kami ke apartemennya dan aku menyiapkan makanan untuknya. Namun, aku akan tetap berkomitmen untuk mempertahankan benteng yang sudah ku bangun. Tak akan ku biarkan namja itu kembali.

Ini menjadi gossip yang tak sedap di kantor. Kembali orang-orang iseng itu membicarakanku di belakang. Banyak orang yang berbisik membicarakan hubungan kami. Taeyeon eonni bilang mereka menganggap aku ini sedang berkencan dengan Kyuhyun. Setelah memanfaatkan Presdir demi menyukseskan acaraku, seorang Im Yoona pindah ke lain hati, yaitu CEO muda Lee Kyuhyun.

Aku tak terlalu memperdulikan semua gossip yang beredar. Toh aku mulai terbiasa saat Donghae oppa mendekatiku.

 

“Yoona-ya!!”panggil Donghae oppa saat aku baru saja keluar dari ruang pemotretan.

“Pekerjaanmu sudah selesai kan? Aku sudah mengecek jadwalmu hari ini. Ayo ku traktir makan siang.”tawarnya.

“Maaf, hyung. Yoona sudah ada janji denganku. Dia akan makan siang bersamaku.” Tiba-tiba Kyuhyun datang entah dari mana dan seenaknya berkata seperti itu.

“Kalau begitu, bagaimana kalau makan malam denganku, Yoong?”tawar Hae oppa lagi.

“Hmm..”

“Wah sayang sekali, hyung. Malam ini juga Yoona sudah ada janji denganku. Mungkin lain kali. Kajja, Yoona-ssi.”kata Kyuhyun lalu menarik tanganku dengan tangan kirinya begitu saja.

Padahal aku baru saja akan mengiyakan ajakan Hae oppa tapi namja tak tau etika ini malah berbicara seperti itu. Membuat janji dengannya saja tidak, cih berani sekali dia mengaku sudah punya janji denganku.

Pemandangan ini membuat gossip  semakin beredar liar. Bahwa seorang Im Yoon Ah diperebutkan oleh dua pengusaha muda dan sukses, juga…tampan.

 

***

Kyuhyun

 

              Aku sangat bersyukur atas kecelakaan yang menimpaku ini. Mungkin aku orang teraneh di dunia karena bersyukur ketika tangan kanannya nyaris tak bisa berfungsi lagi. Ku rasa Tuhan memberikan jalan untukku untuk mendapatkan Yoona kembali. Kau tau? Perkataan Sekretaris Kim seolah menamparku. Aku tak bisa membiarkan yeoja yang ku cintai direbut oleh namja lain meskipun dia sepupuku. Maka aku memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Ku harap seiring berjalannya waktu, luka Yoona bisa mengering dan mulai membuka hatinya untukku. Entah dia membuka untuk Lee Kyuhyun ataupun Choi Kyuhyun. Aku yakin, sebenarnya Yoona tau siapa aku sebenarnya. Karena tak ada yang lebih mengenal Choi Kyuhyun dibandingkan Im Yoon Ah.

Sebenarnya 2 minggu setelah kecelakaan tangan kananku sudah bisa berfungsi dengan baik. Tapi, apa salahnya berbohong sedikit. Aku hanya ingin lebih lama dengan Yoona. Jika tidak dengan cara seperti ini, ku yakin yeoja itu akan terus menghindar dariku.

 

“Aku sangat bosan.”ungkapku sambil bermalas-malasan di sofa. Yoona yang sedang membereskan apartemenku tampaknya tak menghiraukan ucapanku. “Ini kan hari Sabtu, diam di rumah merupakan hal yang sangat membosankan.”lanjutku. namun tetap saja, yeoja itu masih sibuk merapikan buku ku yang berceceran dan meletakkannya di rak buku. “Hey, nona Im! Kau mendengarkanku atau tidak?!”ungkapku yang mulai emosi.

“Jika kau sedang bosan, lalu aku harus apa?”jawabnya dingin.

“Bagaimana kalau hari ini kita keluar.”cetusku.

“Aku malas. Kau keluar sendiri saja.”

“Ya! Tangan kananku masih sakit! Bagaimana bisa aku pergi ke luar sendirian. Tega sekali kau.”

Yoona yang terlihat geram menghentikan pekerjaannya. “Arraseo! Kau mau pergi kemana, hah?”

“Bagaimana kalau kita keluar rumah? Beberapa hari kan ulang tahun kantormu bukan?”

“Lalu hubungan antara keluar rumah dan ulang tahun kantor apa?”

“Aku membutuhkan pakaian untuk datang ke acara itu. Jadi kau harus antar aku memilih dan membelinya. Ku rasa selera fashionmu cukup bagus.”pintaku.

“Baiklah. Setelah pekerjaanku selesai ayo kita pergi.”ucap Yoona menyetujui.

 

Setelah Yoona menyelesaikan pekerjaannya membereskan apartemenku, kami berdua pergi sesuai dengan kesepakatan. Sering berada disini membuat Yoona tak canggung lagi dengan apartemenku. Dia sudah menganggapnya seperti rumah dia sendiri. Tanpa meminta ijin dariku, dia pergi ke kamar tamu. Dia mandi dan bersiap-siap disana. Yoona yang sekarang terlihat jarang bicara. Dia tak akan berbicara kecuali hal itu penting. Entahlah, ini jelas sangat berbeda dengan Yoona-ku yang banyak bicara. Mungkin, dia masih canggung terhadapku. Dia kelihatannya masih ingin menjaga jarak denganku.

“Sudah siap? Mana kunci mobilmu?”tanya Yoona ketika dia baru keluar dari kamar tamu dengan cantiknya.

“Kita naik bis saja. Kau sudah membereskan apartemenku, kau pasti kelelahan. Membawa mobil sangat melelahkan, apalagi jika jalanan macet.”ungkapku.

“Baiklah terserah apa katamu, kajja.”

 

Cuaca di Seoul hari ini cukup dingin, terutama anginnya. Yeoja yang duduk disampingku sepertinya tak terganggu dengan cuaca dingin seperti ini. Dia sedari tadi menyenderkan kepalanya ke kaca dan tatapannya terfokus pada jalanan. Selama perjalanan Yoona tak mengajakku bicara atau memulai pembicaraan. Dia akan berbicara jika aku yang memulainya duluan kecuali memang dia harus terpaksa berbicara seperti berkata, kita sudah sampai Kyuhyun-ssi, atau mau kemana kita?

Seperti yang sudah kami sepakati, Yoona mengantarku membeli pakaian untuk acara ulang tahun perusahaan Donghae hyung. Kami berkeliling ke butik-butik terkenal dan mahal di Seoul. Yeoja ini memang memiliki selera yang bagus dan dia begitu tau seleraku. Sepertinya, dia masih mengingat style dan selera Choi Kyuhyun. Dulu, dia yang sering memilihkan pakaian untukku. Ketika Suzy, teman sekelas kami ulang tahun, Yoona lah yang sibuk mencarikan pakaian untukku.

Jadi, kau memang mengenaliku..benar kan, Im Yoona?

 

“Silahkan tuan, ada yang bisa saya bantu?”ujar seorang yeoja, pelayan butik ke tiga yang kami datangi.

“Kami mencari satu set tuxedo, celana, kemeja, dan dasinya.”jawab Yoona sambil memutarkan matanya ke seluruh isi butik ini.

“Baiklah, mari akan saya tunjukkan.”balas pelayan itu. “Ini koleksi butik kami yang paling baru.”pelayan itu mengajak kami ke tempat koleksi tuxedo.

Mata Yoona yang tajam akan fashion itu langsung mencari dan meneliti setiap pakaian yang ada disana.

“Bagaimana kalau yang ini nona?”pelayan itu menunjukkan tuxedo berwarna abu-abu. Yoona langsung menggelengkan kepalanya pertanda kalau yeoja itu tidak setuju. Aigoo, aku merasa sudah lelah melihat yeoja dan pelayan di setiap butik yang kami kunjungi memilih-milih baju lalu menyuruhku untuk mencobanya satu persatu.

“Ini, cobalah.”ujar Yoona dengan beberapa pasang tuxedo di tangannya.

“Ya! Kau lupa kalau tangan kananku masih sakit?”

“Aish! Tanganmu kan sudah tak diberi gips. Masa kau tak bisa memakai baju? Lalu bagaimana bisa kau memakai baju setiap harinya? Kau memakai sulap? Hah lucu sekali.”oceh Yoona.

“Arraseo..”kataku menyerah. Yeoja itu terlalu pintar untuk ku tipu. Jangan-jangan dia tau kalau tangan kananku sudah sembuh?

 

Aku memakai beberapa pasang tuxedo layaknya seorang model. Yoona bahkan menyuruhku memutar-mutar badanku ketika mencoba tuxedonya. Benar-benar persis dengan model yang dia arahkan untuk pemotretan majalah.

“Ya!! Bisakah kau cepat memilih? Aku sudah lelah.”protesku.

“Harusnya anda bersyukur tuan, yeojachingu anda begitu perhatian dan selera fashionnya sangat bagus.”ujar pelayan itu sambil tersenyum.

“Mwo??!!! Dia bukan namjachinguku!”bantah Yoona mentah-mentah.

“Anda tak usah malu-malu seperti itu, nona.”ungkapnya lagi.

“Nah! Yang itu bagus untukmu.”kata Yoona ketika aku mengenakan tuxedo berwarna merah maroon.

“Benarkah?”tanyaku sambil menatap cermin.

“Tunggu sebentar.”kata Yoona kemudian berlari ke suatu sudut. Ia terlihat mencari sesuatu disana.  Tak lama kemudian dia datang dengan dasi senada dengan warna tuxedoku. Tanpa basa-basi, yeoja itu memakaikan dasi kupu-kupu itu padaku. Jantungku serasa akan lepas saat itu juga. Mataku tak bisa lepas dari Yoona. Ya Tuhan, aku mencintai yeoja ini. “Nah, terlihat bagus bukan?”tanyanya sambil menatap pantulan diriku di cermin.

“Waaah daebak!  Anda terlihat sangat tampan, tuan.”puji pelayan itu.

“Baiklah, kami ambil yang ini.”ujar Yoona tanpa meminta pendapatku terlebih dahulu. Dasar yeoja aneh.

“Bisakah kau menunjukkan gaun paling bagus disini?”tanyaku.

“Ya! Untuk apa kau mencari gaun?”tanya Yoona bingung.

“Sudah kau tak usah banyak bertanya.”

 

Pelayan itu datang membawa setumpukan gaun di tangannya.

“Cepat kau coba satu persatu.”perintahku.

“Tapi…”

“Ya! Tidak ada tapi-tapian.”bantahku.

 

Akhirnya Yoona pasrah dan mencoba gaun itu satu persatu. Dia memang terlihat cantik dengan gaun apapun. Namun, gaun berwarna pastel itu membuat Yoona menjadi sangat cantik melebihi kecantikan bintang manapun.

“Tolong bungkus gaun pastel ini.”kataku yang bertingkah sama persis dengan apa yang Yoona lakukan sebelumnya terhadapku. Aku memilih gaun itu untuknya tanpa mendengarkan pendapat dari Yoona.

“Baik tuan.”kata pelayan itu.

“Kau harus menggunakan gaun itu nanti. Aku akan mematahkan tanganku agar kau menjadi tangan kananku selamanya kalau kau tak memakai gaun itu.”ancamku.

“Cih! Ancaman macam apa itu? Baiklah terserah apa katamu saja.”balas Yoona dengan ketus.

“Ini tuan. Kalian ini sungguh pasangan yang sangat serasi. Saya sangat iri melihat tuan dan nona. Semoga hubungan kalian bisa terus berlanjut sampai maut memisahkan. Terima kasih telah belanja di butik kami.”ungkap pelayan tadi dengan senyumannya. Aku dan Yoona sama-sama tak menghiraukan ucapan pelayan itu. Padahal aku tak bisa menahan senyum mendengar ucapan pelayan itu.

 

Kami meneruskan perjalanan kami. Setelah membeli pakaian, kami memutuskan untuk mengisi perut kami yang sama-sama kelaparan. Aku sudah mulai bisa makan dengan tangan kananku. Maka dari itu, Yoona pasti menolak menyuapiku seperti dulu. Kami makan dalam keheningan seperti biasanya.

“Setelah dari sini, kita mau kemana?”tanyaku yang kembali memecah keheningan diantara kami.

“Pulang lebih baik.”jawab Yoona dingin sambil menyantap makannya.

“Bagaimana jika kita menonton? Sudah lama aku tak menonton.”tawarku.

“Terserah kau saja. Bukankah bagaimanapun keinginanku, pada akhirnya aku harus tetap menuruti keinginanmu kan?”tembak Yoona dan berhasil membuatku menghentikan aktivitas makanku.

“Bisakah kau tidak bersikap dingin padaku?”

 

“Kau lah yang membuat aku seperti ini, Choi Kyuhyun. Sampai kapan kau akan menyembunyikan identitas mu itu padaku? Semakin kau sembunyikan semakin aku tau kalau kau adalah Choi Kyuhyun.”

“Aku memang begini, mianhae.”

 

Aku tau kau tak seperti itu, Im Yoona. Bukan ini dirimu yang sebenarnya.

 

Kami berdua pergi menonton film di bioskop. Terakhir kali aku pergi ke bioskop ketika aku SMA dan aku pergi bersama yeoja yang sedang duduk disebelahku sambil fokus menatap layar lebar itu.

Namun keadaannya sekarang sangat berbeda. Dulu, dia tak segan-segan untuk menyenderkan kepalanya di bahuku agar aku bisa mengelus kepalanya dengan lembut. Dulu, Yoona selalu mengerjaiku. Dia memintaku membuka mulut karena dia ingin menyuapi ku pop corn tapi nyatanya pop corn itu malah dia makan sendiri. Yoona pasti langsung terkekeh melihat ekspresi wajahku yang kesal saat itu.

Sekarang, kepalanya tak lagi bersender di bahuku. Dia sibuk makan pop corn sendiri. Bagai orang asing, bahkan seperti Yoona tak menganggapku ada.

Ketika dia hendak mengambil pop corn, tangan kami tak sengaja bertemu. Tangan kami saling berpegangan satu sama lain. Tangan kiriku, berpegangan dengan tangan kanannya. Lalu kedua mata kami spontan bertemu, menatap satu sama lain. Keadaan ini membuat waktu seolah terhenti bagi kami. Kami berdua seperti tenggelam dalam dunia yang hanya milik kami berdua.

Yoona yang terlebih dahulu sadar dari lamunannya berusaha melepas tanganku namun aku memegangnya dengan kuat.

“Ya! Apa yang kau lakukan?”tanya Yoona. “Lepaskan tanganku, Kyuhyun-ssi!”

Aku tak mendengar perkataannya. Ku tarik Yoona hingga kepalanya berada di bahuku. Tentu Yoona sangat terkejut dengan apa yang ku lakukan.

“Ya!! Kyuhyun-ssi!!”protesnya.

“Bisakah kau diam dan tak bersuara? Ini bioskop. Kau ingin ditendang keluar oleh penonton yang lain?”ancamku. “Tak usah banyak tingkah. Seperti ini hanya 2 jam tidak sulit bukan?”

“Ya!!!”protesnya lagi.

Aku benar-benar tak mendengar celotehan yeoja ini. Aku memegang kepalanya dan mengelusnya perlahan. Jika yeoja ini berontak, maka akan kutahan kepalanya ini sehingga kepala Yoona tak bisa pergi kemana-mana. Setidaknya, biar aku menikmati suasana ini. aku begitu merindukan masa-masa kita dulu, Im Yoona.

 

Kami mungkin sedang beruntung. Bis yang kami tumpangi adalah bis terakhir. Yoona terlihat lelah. Sekitar 5 menit kami duduk di bis, yeoja itu sudah tertidur pulas.

Ketika tidur pun wajah Yoona bagaikan malaikat. Dia bisa memberikan ketenangan padaku hanya dengan melihat wajahnya seperi ini. Aku melepas jaketku kemudian memakaikannya pada yeoja ini. Yoona yang merasa terganggu, mengubah posisi tidurnya menjadi menghadapku. Aku mengelus lembut kepala Yoona dan membiarkannya tidur di bahuku  dengan tenang.

 

***

Yoona

 

              Aku mengerjap-ngerjapkan mataku ketika sinar matahari menembus jendela dan terasa olehku. Ketika aku terbangun, aku sadar..ini bukan kamarku. Ya Tuhan!!! Ini kamar tamu apartemen Kyuhyun. Bagaimana bisa aku tertidur disini??? Dan aku…jaket Kyuhyun masih menempel di badanku??!!

Seingatku, aku membuat ramyun untuk Kyuhyun yang merengek karena kelaparan. Bukannya aku akan pulang ketika aku selesai memasakkan mie untuknya?

Aku pun mengingat-ngingat kembali kejadian semalam. Ya Tuhan, aku baru ingat. Setelah masak mie aku merebahkan tubuhku di sofa. Mungkin saat itu aku tertidur. Tapi, jika begitu kejadiannya maka seharusnya aku ada di sofa saat ini, bukan di kamar tamu. Mana mungkin Kyuhyun yang membopongku kemari?? Tanganya..bukanka tangan kanannya masih agak sakit? Meskipun sudah mulai bisa digunakan, tapi..tetap saja untuk menggendong yeoja berat sepertiku pasti membutuhkan tenaga ekstra dan tangan yang kuat.

Aku keluar ke kamar untuk memastikan. Ternyata, malah Kyuhyun yang tertidur di sofa. Tanpa selimut pula! Namja ini benar-benar teledor dan tak bisa menjaga kesehatannya! Dia memakaikan jaketnya padaku tapi dia sendiri tak memakai apa-apa. Apa dia tak sadar bahwa cuaca sedang buruk seperti ini???

 

Dengan sigap aku mengambil selimut dari kamar Kyuhyun sekaligus mengembalikan jaketnya yang menempel di tubuhku semalaman. Namun saat ku tarik selimut itu, aku melihat sebuah bingkai foto dalam posisi terbalik. Aku yang tak bisa melawan rasa penasaran mengambil bingkai foto itu.

Tanganku seketika bergetar hebat ketika melihat foto yang ada di balik bingkai foto itu. Ternyata benar…dia..Choi Kyuhyun.

Air mata menetes begitu saja ketika melihat foto itu. Foto sepasang yeoja dan namja yang tersenyum lepas, tersenyum bahagia. Sang namja melingkarkan tangannya merangkul yeoja itu, dan sang yeoja terlihat begitu aman dan nyaman di balik rangkulaan namja itu.

Aku sangat mengenal foto itu. Fotoku, bersama Choi Kyuhyun yang diambil di Lotte World, tepat sebelum kejadiaan naas itu menimpaku. Tiba-tiba aku teringat saat hari pertama aku membereskan apartemen Kyuhyun, Kyuhyun melarangku membuka laci dekat kasurnya. Entah apa yang mendorongku, aku membuka laci itu dan aku semakin terkejut melihat apa yang ada disana.

Kumpulan foto-foto kami.

 

Aku melihat foto itu satu persatu. Namun, aku tak sanggup lagi melihat foto itu. Semakin aku melihat foto itu, semakin aku merobek luka masa laluku. Luka yang selama ini selalu ku kubur dalam-dalam.

Ku letakkan kembali foto itu. Kemudian aku menghapus air mataku dan mengambil selimut sesuai dengan tujuanku yang sebenarnya.

“Jadi benar, itu kau.”kataku sambil tersenyum pedih lalu memakaikan selimut ini padanya.

 

Setelah itu aku meninggalkan apartemen dengan air mata yang tak kunjung berhenti menetes. Mengapa kau lakukan semua ini padaku, Choi Kyuhyun?

 

***

“Malam ini kau pergi dengan siapa?”

              “Sendiri, wae oppa?”

“Dandanlah yang cantik. Aku akan menjemputmu malam ini. arraseo?”

              “Nee, oppa.”

 

Aku memandangi wajahku dibalik cermin. Ku tutup lingkaran hitam yang ada di mataku menggunakan bedak yang sedikit lebih tebal. Bekas tangisan itu masih membekas rupanya. dan aku tak mungkin membiakan orang-orang melihat mataku yang terlihat bengkak karena menangis dan lingkaran hitam karena aku kekurangan tidur belakangan ini.

Tak lama kemudian, Donghae oppa datang menjemputku sesuai dengan yang ia janjikan. Sebenarnya, Kyuhyun memintaku lebih dulu untuk datang bersamanya. Tapi, aku tak bisa lagi jika harus berhadapan dengannya. Setelah mengetahui bahwa namja itu benar-benar Choi Kyuhyun seperti dugaanku.

Soal Minho? Ya Tuhan aku berusaha menghubungi namja ini tapi selalu tak bisa. Di kantor aku jarang melihatnya karena aku lebih sering berada di ruang rapat daripada di ruang pemotretan. Padahal aku ingin bercerita banyak dengannya. Aku tau mungkin dia masih marah terkait perasaannya padaku. Tapi aku tak bisa seperti ini terus.

 

“Yoona-ya?”

“Yoong?”

“Na-ya?!!!”

 

Aku baru tersadar jika Hae oppa memanggil namaku. “Nde. Oppa?”

“Gwenchana? Aku memanggilmu berulang kali. Apa ada masalah?”tanyanya.

Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum padanya. Memperlihatkan bahwa aku baik-baik saja.

“Baiklah kalau begitu. Ayo, kita sudah sampai.” Donghae oppa turun kemudian membukakan pintu mobil untukku. “Kau terlihat sangat cantik malam ini, Na-ya.”

“Gomawo.”

 

Acara ulang tahun kantor ku ini memang selalu meriah setiap tahunnya, begitu juga dengan tahun ini. Banyak pengusaha besar baik dalam negeri maupun luar negeri datang ke acara ini. Seperti biasa, di acara ini Hae oppa menggandeng tanganku sama seperti saat acara fashion show waktu itu. Lengannya seolah tak mau lepas dariku. Dan aku menemaninya menyapa semua kolega Presdirku itu.

Ku lihat Kyuhyun memperhatikanku dengan intens. Dari matanya seolah-olah dia bertanya kemana aku selama ini dan kenapa aku tak pernah menjawab teleponnya. Sengaja aku tak lepas dari Hae oppa agar Kyuhyun tak mencoba mendekatiku. Dan sepertinya usahaku ini tak cukup berhasil. Namja itu menghampiriku dan mengajakku berdansa.

“Kau sudah selesai berdansa dengannya bukan? Boleh ku pinjam yeoja cantik ini sekarang? Ku rasa sudah giliranku.”ungkap Kyuhyun sambil menghampiri kami berdua.

“Kau tak lihat aku sedang bersama Hae oppa, Kyuhyun-ssi?”tanyaku tajam.

“Sebentar saja, tidak apa-apa kan, hyung?”pinta Kyuhyun lagi. Tanpa mendapat persetujuan dariku dan Donghae oppa, Kyuhyun meraih tanganku lalu menyeretku ke tengah lantai dansa.

 

“Tak usah canggung seperti itu, just take my lead.”ungkapnya sambil memanduku untuk berdansa denganya. “Kenapa kau tak memakai gaun yang ku belikan? Dan kenapa kau tak menjawab teleponku?”tanyanya ditengah-tengah dansa kami.

“Ku rasa itu bukan urusanmu, Kyuhyun-ssi.”balasku dingin.

“Jelas itu urusanku, Yoona-ssi. Kau kan masih terikat kontrak denganku, bukankah begitu?”

“Aku sudah mengakhirinya. Lagipula lihat, tanganmu sudah sembuh total. Kau bahkan sudah bisa mengajakku berdansa seperti ini.”jawabku dengan malas.

“Ada apa denganmu, Im Yoona? Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini padaku?”tanyanya lagi.

 

“Hentikan.”kataku kemudian melepas tangannya yang melingkar di pinggangku. “Tidakkah kau lelah dengan semua ini?”ucapku yang benar-benar menahan amarah serta air mata.

“Apa maksudmu?”

“Ku bilang, hentikan semua ini, Choi Kyuhyun. Aku lelah.”kataku kemudian berlari meninggalkannya. Berlari meninggalkan tempat ini. Berlari dari dunia dimana aku ada sekarang ini.  Tak perduli orang-orang meneriakkan namaku, aku tetap pergi..tetap berlari, sejauh mungkin. Setidaknya, aku ingin melupakan semua ini, Melupakan luka masa lalu ku yang kembali mengaga, dan melupakan penyebab dari semua lukaku yang selama ini ternyata ada di dekatku. Lee Kyuhyun, maksudku..Choi Kyuhyun.

 

 

TBC

 

Hai para readers!! Maaf destiny part 4 nya baru bisa selesai. Kemarin lagi sibuk sibuknya UAS nih, jadi aja nggak bisa nulis buat beberapa minggu kemarin. Semoga readers makin suka yaa sama ceritanya. Maaf kalau ceritanya makin geje, makin ngebingungin, atau ga sesuai sama yang readers harepin huhuhu. Jangan lupa komentar sama masukannya yaa supaya aku bisa makin semanget nulis sama bisa makin baik lagi buat cerita kedepannya. Terima kasih udah baca ff ku.

33 thoughts on “Destiny (Chapter 4)

  1. Astagaaa gimana buat nahan feel pengen ngelanjutin baca dan penasaran kelanjutan ceritanya authoor? Ayoo dong dilanjutin ceritanya… 😂😂😂
    ini ceritanya udaaah keren banget, cast sama pembawaan kata katanya cocok banget, bener bener ff yang bagus dan sayang kalo gak dilanjutin. Ayoo authot sangat ditunggu lanjutan dari ff destiny ini. TERIMAKASIH AUTHOR! ❤

  2. Haduh makin seru nih, kyu nya ketahuan deh.
    Ampuun deh , kenapa tidak ada yang mengata kan ke yoona yang sebenarnya sih. Geram sendiri nih lihatnya. Makin penasaran aja dibuatnya.

  3. Konflik.y smkin seru thor 🙂
    yoona tau klau lee kyuhyun adalah choi kyuhyun. Bnyakin mment kyuna.y ya thor? Buat mreka brsatu lg 🙂
    dtnggu part slnjt.y 🙂

  4. Wahh telat nih aku bacanya…
    Hanya demi bsa dkt sama yoona kyuhyun sama menutupi identitasnya..
    tpi malahan yoona tau sndri..
    aahhhh gak bsa bayangin kelanjutannya..

    Oiyah buat chingu” smua happy new years ya..
    chingu jjang!

  5. Aduh,,,aduh, kyu ppa bisa ja bikin sandiwara kya gtu, modus ON ya ppa
    Siapapun akhir nya yg bersama yoong unie, ku berharap itu bisa buat dia bahagia dan Gª a͡ akaan da. Yg nyakitin dia lgi,
    Next chapt fighting author

Leave a reply to Alin Cancel reply