Page Citing You

pcy

 

 

Author : Kybi_Byun (@Kybi_byun)

Main cast : Im Yoon Ah, Park Chan Yeol

Genre : Romance

Rating : G

Disclaimer : This story belongs to me but the cast belongs to god.

           Maaf jika ada kesamaan alur cerita, itu tidak disengaja.

.

.

.

.

.

Happy Reading

“Yoong, cepat bereskan barang-barang mu. Ibu akan menunggu dibawah!”

Teriakan ibunya yang cukup nyaring menyeruak diruangan itu. Ruangan yang sebelumnya menjadi ruang pribadinya.

Gadis yang dipanggil yoong atau lebih tepatnya Yoona. Dia segera membereskan barangnya yang masih tertata di ruangan itu.

Saat ia ingin mengambil sebuah kotak di atas rak bukunya, ia menemukan sebuah buku berwarna biru tua dengan tulisan hangul yang membentuk kata ‘Im Yoon Ah’.

Buku itu sedikit berdebu. Yoona masih ingat buku itu. buku yang menjadi saksi bisu hari-hari Yoona saat masih dibangku sekolah menengah atas.

Yoona tersenyum melihat buku itu. Di dalamnya banyak sekali tulisan tangannya yang menceritakan seseorang. Seseorang yang menjadi cinta pertamanya.

 

-0-0-0-

 

Yoona dan ibunya memutuskan untuk pindah ke negeri sakura. Jepang. karena ibunya berencana akan bekerja disana dengan membuka kedai ramyeon, makanan yang sangat ia sukai.

Di perjalanan dari Bandara Internasional Narita, Tokyo ke tempat ia dan ibunya akan tinggal, Ia teringat akan buku yang baru beberapa jam lalu ia temukan. Ia pun memutuskan untuk membacanya, berniat menghilangkan rasa bosan yang mulai  menyerangnya di perjalanan yang akan memakan waktu cukup lama ini.

Saat ia membuka halaman pertama, terdapat tulisan tangannya yang ia ukir seindah mungkin. Tulisan yang membentuk kata

 

Princess Im Yoona yang sangat cantik

menyukai

Prince Park Chanyeol yang sangat tampan

Dan kami akan menikah suatu hari nanti^^

 

Yoona tak bisa menahan senyum saat membaca tulisannya yang terdengar konyol itu.

Saat ia membuka halaman selanjutnya, pikirannya seakan melayang ke 6 tahun silam, dimana ia bertemu untuk yang pertama kalinya dengan seseorang yang menjadi cinta pertamanya. Yaitu seseorang yang bernama

‘Park Chanyeol’

.

.

.

.

2008-05-06

 

Kelas kami kedatangan murid baru dari Jepang. Ia memperkenalkan dirinya dengan nama Park Chanyeol.

Ia memiliki tubuh yang tinggi, mata yang bulat, dan senyuman yang manis.

Oh sungguh! aku menyukainya saat itu juga. Saat ia menatapku dengan mata bulatnya.

Guru Cho menyuruhnya untuk duduk disampingku, karena hanya aku yang duduk sendiri tanpa ada seseorang yang duduk disampingku.

Ia mulai berjalan kebangku tempatku duduk yang berada di pojok kelas ini. Oh tuhan! mengapa dia semakin tampan saat aku melihatnya dari dekat?

Ia pun duduk disampingku dan mengulurkan tangannya sambil mengucapkan kata ‘Park Chanyeol’. Aku merasa melayang, jantungku berdetak dua kali lebih cepat saat tangannya menjabat tanganku.

Apakah ini yang disebut jatuh cinta? Jatuh cinta pada pandangan pertama?

.

.

.

.

Kelas yang berawal riuh sekarang menjadi hening. Guru Cho dan seorang pria yang memakai baju seragam yang sama dengan mereka sedang berdiri di depan kelas.

“Semuanya, kita kedatangan murid baru. Ayo berikan hormat!”

Semua murid yang berada dikelas itu memberikan hormat pada murid yang berdiri di samping guru Cho.

“Sekarang perkenalkan dirimu.”

Pria dengan tubuh tinggi dan bermata bulat itu mulai memperkenalkan dirinya. Hampir semua murid perempuan dikelas itu menatap kagum pada pria yang akan bergabung dengan mereka dikelas yang sama.

Tak terkecuali murid perempuan yang berada di pojok ruang kelas itu. ia adalah Im Yoona si gadis pemalas yang bahkan teman-temannya tidak berniat untuk duduk disampingnya.

“Perkenalkan namaku Park Chanyeol. Aku dari jepang. Tetapi aku penduduk asli korea.”

Senyuman manis menghiasi wajahnya saat ia mengakhiri perkenalannya. Lalu ia membungkuk pada orang-orang dihadapannya. Guru Cho menyuruhnya untuk duduk di bangku pojok tepat disamping si gadis pemalas. Im Yoona.

Yoona bagai disambar petir saat pria bernama Park Chanyeol itu berjalan menuju bangku tak berpenghuni disampingnya. Yoona tidak pernah seperti ini sebelumnya. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat park chanyeol mendudukkan dirinya disamping gadis itu.

Sebuah tangan terulur bermaksud untuk menjabat tangan gadis disampingnya. Yoona hanya bisa menggigit bibir bawahnya bukan membalas jabatan tangan itu.

“Park Chanyeol.”

Yoona baru menyadarinya, ternyata pria itu hanya ingin memperkenalkan dirinya lebih dekat dengannya.

 

‘Oh, aku terlalu bodoh untuk ini’ batinnya

 

“Aku.. Im…Yoona”

Akhirnya otaknya bekerja normal untuk membalas jabatan tangan pangeran tampan disampingnya. Tangan pria itu bagai mengandung listrik hingga saat yoona menyentuhnya ia bagai tersengat listrik ratusan volt.

 

‘Tuhan, apakah aku telah jatuh cinta padanya?’

 

-0-0-0-

 

Yoona bahkan masih ingat bagaimana ekspresi pria itu saat ia memperkenalkan dirinya didepan kelas. Yoona memegang dadanya bahkan jantung itu ikut berdetak dua kali lebih cepat saat ia hanya membaca cerita yang ia tulis.

Ia membuka halaman selanjutnya, terdapat goresan pensil yang membentuk sketsa seorang gadis dan seorang pria yang sedang berjabat tangan satu sama lain. Sebuah tulisan tertera disana sebagai keterangan gambar itu

 

Pertemuan pertama^^

 

Ia tersenyum melihat gambar buatannya. Ia lebih suka menggambar daripada harus mengerjakan tugas matematika yang diberikan oleh gurunya. Tentu saja begitu karena ia adalah seorang yang pemalas.

Yoona membuka satu lembar selanjutnya, terdapat tulisan tangannya lagi. sepertinya ia akan merindukan menulis cerita kejadian yang ia alami.

 

-0-0-0-

 

2008-05-08

 

Sudah dua hari ia duduk denganku. Aku tidak lagi menidurkan kepalaku dimeja untuk mencoba tidur. Aku hanya duduk diam, bahkan hanya untuk bergerak saja aku malu.

Oh bagaimana ini? tetapi ia selalu memecahkan kecanggungan diantara kami.

Ia selalu menjakku berbicara, bertanya apapun yang terkadang menurutku tidak terlalu penting.

Aku biasa bergurau dengan teman pria lainnya bahkan berteriak pada teman pria sekelasku. Tetapi mengapa saat dengannya bahkan mengatakan ‘ya’ saja sulit? Aku takut jika ia tidak menyukai jawabanku juga tidak menyukai gurauanku.

.

.

.

.

“Yoona. Menurutmu bagaimana cuaca hari ini?”

Chanyeol menyikut lengan Yoona yang sedang menatap kearah Guru Kim yang sedang menjelaskan pelajaran tentang geografi. Sebenarnya tidak benar-benar memperhatikan, bahkan ia selalu melirik Chanyeol dari ekor matanya, sebab kemungkinannya sangat kecil jika yoona benar-benar memperhatikan Guru Kim.

Yoona terkejut saat wajah tampan Chanyeol menoleh padanya. Ralat. Bukan padanya tetapi pada jendela yang berada disamping Yoona. Oh bagaimana mungkin otak gadis pemalas itu hanya dipenuhi oleh pria mata bulat disampingnya?

“Eumm.. Indah.”

“Kau benar!”

Oh, kali ini yoona tidak salah. Park chanyeol menatapnya dengan senyum yang setia bertengger di wajah tampannya. Yoona bahkan tidak bisa berkedip saat itu. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta? Sungguh memalukan.

Bel berbunyi tanda pelajaran hari itu telah selesai. Semua murid mengganti raut wajah mereka menjadi seindah bunga musim semi. Dalam waktu beberapa detik saja kelas itu sudah kosong, hanya terdapat Yoona dan pangerannya itu yang sedang merapikan buku mereka.

Chanyeol langsung menarik tangan gadis disampingnya untuk keluar dari ruangan yang mempertemukan mereka.

“kajja! Kita kembali kerumah hahaha…”

Apa yang dimakan pria itu? Sampai-sampai energi dan semangatnya tidak pernah hilang bahkan disaat energinya dihabiskan untuk sekolah seharian itu. Ia masih dapat tertawa bebas seperti itu.

 

‘Aku akan selalu menyukai tawamu Park Chanyeol.’

 

-0-0-0-

 

Apapun perkataan yang keluar dari seorang Park Chanyeol akan selalu Yoona sukai termasuk pertanyaan yang tidak penting seperti menyakan cuaca. Jatuh cinta memang membuat seseorang menjadi konyol.

Dihalaman selanjutnya juga terdapat sebuah gambar. Gambar seorang pria dan wanita yang duduk bersebelahan dengan pandangan pria itu menatap jendela yang berada disamping si wanita, berbeda dengan pria disebelahnya, wanita itu justru sedang menatap pria disampingnya. Dan seperti halaman sebelumnya, dihalaman itupun terdapat tulisan sebagai keterangan gambar tersebut.

 

Cuaca yang benar-benar indah^^

 

Tatapan aneh itu tertuju pada gadis yang berada di jok belakang. Heran melihat anak semata wayangnya itu tersenyum sendiri yang mungkin penyebabnya adalah buku yang digenggam oleh anaknya.

“Ada apa denganmu, Yoona?”

Yoona. Seseorang yang mendapat tatapan aneh itu terlonjak kaget, saat suara ibunya menyeruak ke gendang telinganya.

“eh, aku.. aku tidak apa-apa ibu. sungguh!”

“Apa kau sedang jatuh cinta, anakku?”

Oh ayolah, Yoona akan gugup jika ibunya itu melihatnya dengan tatapan menggodanya. Ternyata ibunya mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya itu. Hebat. Tetapi terdengar sedikit menyebalkan bukan? Ya itulah yang dipikirkan Yoona. Ibunya itu sangat senang menggoda Yoona membuat gadis cantik itu gugup.

“Ibuuu…”

Hanya itulah yang dapat Yoona lakukan pada ibunya jika sudah seperti ini. Merengek.

 

‘Apa aku masih jatuh cinta padamu?’

 

-0-0-0-

 

Saat Ibunya berseru bahwa mereka telah sampai, Yoona menutup buku lamanya itu. Bukunya yang berisi semua kejadian di masa remajanya. Buku yang dapat membuat ia kembali ke masa lalunya. Ia dengan sigap memasukan kembali bukunya itu kedalam tasnya.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 11 malam, setelah sedikit membereskan kamar barunya ia memutuskan untuk berbaring dan memejamkan matanya. Ia mengingat kembali kenangannya dulu bersama orang itu. Bersama Park Chanyeol. Walau kebersamaan mereka telah 6 tahun berlalu tapi yoona tetap mengingatnya dengan jelas.

 

‘Datanglah ke mimpiku, Park Chanyeol.’

 

Bibir indahnya melengkung membentuk senyuman, dan detik selanjutnya ia telah pergi kealam mimpinya. Berharap bahwa cinta pertamanya itu akan datang menemuinya, tidak apa walau hanya dalam sebuah mimpi, tapi Yoona akan benar-benar senang.

 

-0-0-0-

 

Sinar matahari yang hangat membangunkannya dari mimpi indahnya. Yoona terbangun dengan sebuah senyuman seperti semalam sesaat sebelum ia tertidur. Ia senang karena malam tadi ia bermimpi tentang pria itu. Park Chanyeol. Betapa ia merindukan sosok ceria dengan mata bulatnya itu. Yoona bergegas untuk mandi dan setelah itu ia berniat untuk sarapan bersama ibunya dilantai bawah.

Sarapan pagi itu mereka hanya memakan roti dengan selai cokelat yang manis. Ibunya tidak sempat memasak karena mereka baru saja pindah dan barang-barang itu belum berada ditempat sebagaimana mestinya. Walau begitu Yoona tetap meresponnya dengan senyuman yang indah. Sepertinya hari ini adalah hari yang menyenangkan bagi Yoona, karena semalam ia bermimpi tentang pangerannya itu, moodnya akan baik hari ini.

“Yoona, setelah sarapan tolong bantu ibu untuk membereskan rumah oke!”

“Tentu saja ibu.”

Yoona mengakhiri sarapannya dan mencium pipi kiri sosok wanita paruh baya yang ia sebut dengan sebutan ibu. Ia pun bergegas untuk membereskan tempat tinggal barunya ini. Rumah ini memang tidak terlalu luas seperti rumahnya dulu di Seoul, tetapi rumah ini lebih nyaman dibanding rumahnya dulu. Rumah itu beralas kayu, berlantai dua dan ada sebuah pohon sakura di halaman depan. Sungguh indah. Walau bukan berada ditempat kelahirannya, sepertinya ia akan mudah beradaptasi karena Jepang merupakan negara yang ia sukai.

Ada alasan tertentu mengapa ia menyukai Jepang. Alasan itu karena Park Chanyeol pernah mengatakan padanya bahwa Jepang sangat indah terutama saat musim semi datang. Ia percaya, karena saat menceritakannya mata bulat pria itu berbinar menandakan bahwa ia sangat sungguh-sungguh.

Setelah semuanya sudah selesai beberapa jam lalu ia memutuskan untuk pergi berkeliling kota. Ia berniat mencari sebuah taman kota untuk membaca buku usangnya itu. Juga untuk membuktikan bahwa Jepang benar-benar indah saat musim semi. Namun ada yang kurang, pria itu tidak menemaninya. Tentu saja.

Dan disinilah Yoona berada. Duduk di bawah pohon sakura yang sedang berbunga di sebuah taman tak jauh dari rumahnya. Sungguh indah. Pohon sakura yang berjejer memamerkan keindahannya. Terkadang daun-daun itu berjatuhan tertiup angin musim semi. Yoona sangat menyukainya. Kesan pertama yang indah. Seperti kesan pertamanya terhadap Park Chanyeol.

Yoona mulai membuka buku itu kembali, membukanya kehalaman yang lain. Wajahnya sungguh indah saat sedang serius seperti itu. Surai hitamnya tertiup angin membuat kening indah itu terlihat. Terkadang bibir itu melengkung membentuk senyuman yang indah saat ia membaca tulisannya kembali dalam buku yang mengutip kejadian 6 tahun lalu.

.

.

.

.

2008-05-30

 

‘Selamat Ulang Tahun Yoona! Kau bertambah tua sekarang haha…’

Itulah kata yang ia ucapkan tadi, mungkin tidak terdengar romantis. Tapi itu sangat sangat manis bagiku. Bagaimana ia mengetahui hari ulang tahunku? Apa ia mencari tahunya? Ah itu tidak penting sekarang. Yang terpenting adalah sekarang kami menjadi lebih dekat. Terimakasih Tuhan.

Ia juga memberiku kotak kaca yang berisi 100 paper cranes. Ia bilang ia suka membuatnya. Walau bukan hadiah yang romantis tapi aku menyukainya, karena apapun yang menyangkut dirimu aku menyukainya. Dan kami berfoto bersama di taman dekat sekolah. Terimakasih Park Chanyeol! Aku mencintaimu~

.

.

.

.

Bel telah berbunyi. Murid-murid langsung berhamburan keluar kelas. Dan Chanyeol pun langsung menarik tangan Yoona dengan tergesa, membuat gadis itu heran dengan tingkah Chanyeol.

“Kau akan membawaku kemana, Park Chanyeol?”

“Sudah, ikut saja denganku!”

Tak ada jawaban seperti yang ingin Yoona dengar. Chanyeol hanya membawanya pergi entah kemana. Selama mereka berjalan Yoona hanya bungkam dan melirik kearah pangeran tampannya itu. Senyum menghiasi wajah cantiknya saat melihat pria itu tersenyum dan berjalan dengan semangat.

Yoona masih menatap pergelangan tangannya yang digenggam lembut oleh Chanyeol. Oh tidak, jantungnya berdetak tidak normal lagi.

“Kita sudah sampai.”

Yoona tersadar dari lamunannya. Taman dekat sekolah. Disitulah mereka berada sekarang. Yoona merasa heran, mengapa Chanyeol membawanya kemari. Belum sempat Yoona berfikir Chanyeol menyuruhnya untuk duduk dibawah pohon maple. Duduk disamping pangerannya sungguh membuat Yoona ingin berteriak dan melompat kegirangan. Tapi itu tidak mungkin dilakukannya saat situasi seperti ini, yang benar saja!

Duduk disampingnya seperti ini membuat Yoona tak henti tersenyum apalagi mereka berada di sebuah taman. Mungkin Yoona duduk disamping Chanyeol saat dikelas, tapi rasanya berbeda. Saat ini mereka duduk lebih dekat, bahkan lengan mereka saling bersentuhan. Moment yang indah!

Chanyeol memejamkan matanya membuat ia terlihat seperti malaikat. Rambut hitamnya tertiup angin membuat ia semakin terlihat tampan. Yoona menyukai pemandangan itu. Sangat. Beberapa detik telah berlalu. Kelopak mata itu terbuka membuat Yoona menolehkan pandangannya cepat kearah lain. Jantungnya berdetak tak karuan. Untung saja Chanyeol tak melihat wajahnya tadi, jika tidak, bisa dipastikan wajah Yoona saat ini seperti kepiting rebus.

“Yoona.”

“N..ne.”

Mata mereka saling menatap satu sama lain dan detik selanjutnya sang pria tersenyum memamerkan lesung pipinya yang indah. Yoona hanya bisa mengerjapkan matanya. Tindakan konyol.

Chanyeol membuka tasnya, mengambil sebuah benda didalamnya. Sebuah kotak kaca yang berisi banyak paper cranes didalamnya. Tatapan Yoona beralih ke benda itu. Indah. Chanyeol membuat dirinya benar-benar heran kali ini.

“Selamat Ulang Tahun Yoona! Kau bertambah tua sekarang haha…”

“Dan ini untukmu.”

Yoona baru ingat bahwa ia sekarang berulang tahun. Oh dia benar-benar pelupa, bahkan hari ulang tahunnya seperti ini, apa yang ada dipikiran Yoona?

Yoona meraih benda itu lalu menatap Chanyeol kembali. Jantungnya benar-benar berdetak dengan kencang. Lidahnya bahkan kelu untuk berucap, bibirnya sedikit terbuka dan mata indah itu berbinar. Oh sungguh! Kau benar-benar terlihat bodoh Im Yoona.

“Kau.. tidak menyukainya?”

Tidakah Chanyeol melihat mata yang berbinar itu? Alis Chanyeol terangkat, matanyanya yang bulat bertambah bulat, terlihat jelas kekecewaan dimatanya. Dan akhirnya didetik berikutnya Yoona kembali normal, tersenyum sebagaimana mestinya.

“Tidak mungkin jika aku tidak menyukainya! Aku hanya terkejut tadi, bagaimana bisa kau mengetahui ulangtahunku?”

“Ahh, benarkah? Baguslah jika kau menyukainya. Kurasa darimana aku mengetahui ulangtahunmu itu tidak penting.”

Chanyeol mengusap tengkuknya sendiri menandakan bahwa ia terlihat canggung. Ia tidak suka jika suasana menjadi hening seperti itu. Untung saja otaknya bekerja cepat untuk mencairkan suasana.

“Yoona! Bagaimana jika kita berfoto?”

Yoona mengangguk semangat. Chanyeol langsung mengambil Handphone disaku celananya. Mereka pun mulai berpose. Awalnya mereka hanya tersenyum melihat ke kamera, tetapi difoto yang entah keberapa kalinya mereka semakin berpose aneh. Saat mereka melihat hasil fotonya mereka pun tertawa bebas.

“Kau lucu sekali Yoona!”

Tanpa Chanyeol sadari ia mengacak pelan puncak kepala Yoona membuat gadis itu menghentikan tawanya. Mata mereka kembali bertemu. Dan suasana diantara mereka kembali canggung. Kali ini Yoona yang bereaksi terlebih dulu. Ia kembali tertawa, sebenarnya sebagai kamuflase agar Chanyeol tidak melihat ruam merah dipipinya dan untuk meredam detak jantungnya yang berdetak kencang sedari tadi. Chanyeol pun ikut tertawa kembali. Dan mereka kembali kesuasana sebelumnya.

 

‘Aku merindukan saat kau mengacak lembut  puncak kepalaku.’

 

-0-0-0-

 

Yoona tertawa kecil mengingat kejadian itu. sungguh manis. Ruam merah terlihat jelas dipipinya yang halus. Mengapa ia selalu bersikap konyol saat berhadapan dengan pria itu? Yoona membuka halaman selanjutnya dan terdapat foto disana. Fotonya bersama Park Chanyeol. Sepertinya wajahnya tidak berubah, hanya rambutnya saja yang berbeda. Kali ini ia memangkas rambutnya hingga sebahu dan rambut itu sedikit bergelombang berbeda dengan difoto itu, dulu rambutnya cukup panjang juga lurus dan ia sangat suka mengikatnya, tapi kini ia lebih suka rambutnya terurai.

Tetapi bagaimana dengan pria itu? apakah ia bertambah tinggi? Apakah rambutnya berubah? Ia benar-benar merindukannya. Ingin sekali ia bertemu dengan cinta pertamanya itu.

 

‘Semoga kita dapat berjumpa kembali Park Chanyeol’

 

Yoona kembali membuka halaman selanjutnya dari buku lamanya itu. Terlihat gambar sebuah gitar. Yoona ingat saat ia menggambar gitar itu dengan pensilnya. Dan masih terpahat jelas diotaknya alasan mengapa ia menggambar gitar tersebut. Tentu saja karena Park Chanyeol. Ia masih ingat bahwa Chanyeol sangat menyukai gitar, dan sejak saat itu ia juga akan menyukai sebuah gitar.

Ia terus membuka halaman yang terdapat dibukunya. Matanya tertuju pada sebuah gambar yang membentuk seorang pria sedang bermain gitar dengan sebuah pohon dibaliknya. Terdapat sebuah kalimat dibagian bawah gambar tersebut.

 

2008-08-22

Untuk pertama kalinya aku melihat dia bermain gitar…

 

Yoona menyentuh pelan gambar tersebut. Mencoba mengingat kenangan itu kembali. Kenangan saat alunan indah dari petikan gitar memasuki indra pendengarannya. Ia ingat bahwa ia telah merekam alunan indah itu, diambilnya Handphone dalam tas nya. Handphone yang sudah beberapa tahun ia simpan. Ia mungkin membeli yang baru, tapi Handphone lamanya itu tetap ia simpan dan ia jaga. Ia memasang Headset dan memutar rekaman itu. Alunan itu terputar membuat Yoona merasa kembali ke beberapa tahun silam.

Matanya tertutup. Setetes air mata lolos menuruni pipinya. Dadanya terasa sesak. Ia merindukan pria itu. Ia merindukan cinta pertamanya. Ia merindukan Park Chanyeol ‘nya’.

 

-0-0-0-

 

Halaman itu kembali terbuka, berbeda dengan halaman sebelumnya yang dapat membuat Yoona tersenyum malu. Kali ini tidak ada senyum yang menghiasi wajah cantiknya. Halaman itu kembali membuatnya merasa sesak. Tidak banyak kata yang tertulis pada halaman itu. Tetapi cukup membuat Yoona ingin meneteskan air mata itu kembali.

.

.

.

.

2008-11-27

 

Park Chanyeol, selamat ulang tahun!

Berbahagialah disana…

Aku mencintaimu.

.

.

.

.

 

Masih jelas teringat saat pria itu pergi. Pergi ketempat yang sangat jauh. Pergi untuk tidak kembali. Saat itu hari ulang tahun Park Chanyeol tepat dihari minggu. Mereka berjanji untuk bertemu disebuah cafe. Yoona sudah menyiapkan hadiah untuk pangerannya, dia tidak berhenti tersenyum saat itu. 2 jam sudah ia menunggu Chanyeol datang. Walau cukup bosan ia tetap menunggu Chanyeol. Hingga Handphonenya berdering menandakan ada panggilan masuk.

Park Yura. Kakak perempuan Chanyeol itu mengatakan sesuatu yang membuatnya bahkan sulit untuk bernafas. Perempuan yang terpaut 3 tahun lebih tua darinya dan Chanyeol itu menangis sambil mengatakan bahwa Park Chanyeol, lelaki dengan mata bulatnya. Senyuman lebarnya. Tubuh tingginya itu telah pergi akibat kecelakaan saat ia akan bertemu dengannya. Saat pria itu mengendarai motor untuk pergi menemui Yoona.

 

-0-0-0-

 

Hanya beberapa lembar saja dari buku usang itu yang terisi dengan tulisan. Lembar selanjutnya dan selanjutnya bahkan tidak terdapat goresan pensil atau pena sedikit pun. Ceritanya berakhir dihalaman ke 13. Ya, hanya moment yang benar-benar berkesan yang Yoona tulis dibuku hariannya itu. Yoona pikir ia akan menulis banyak cerita bahkan ia pikir ia akan menghabiskan beberapa buku untuk memuat ceritanya dengan Park Chanyeol, tapi takdir berkata lain.

Mungkin memang singkat bahkan terlampau singkat ceritanya dengan Park Chanyeol. Tapi walaupun seperti itu cerita antara mereka terlalu berkesan untuk Yoona lupakan. Bahkan hingga saat ini Yoona masih tersenyum mengingat pertemuan singkatnya dengan Park Chanyeol. Ia tidak akan melupakan lelaki jangkung itu. Bukankah singkat lebih baik daripada tidak sama sekali? Itulah yang Yoona pikirkan. Dan dia selalu bersyukur atas pertemuan singkatnya itu.

Yoona membuka halaman terakhir, terdapat sketsa wajah Chanyeol dari samping. Wajah Chanyeol saat hari ulang tahun Yoona. Saat ia menutup matanya. Saat angin mengacak rambutnya lembut. Saat dia terlihat tenang. Yoona sangat suka pemandangan itu. Sangat-sangat menyukainya. Dan akan selalu merindukannya. Merindukan pangerannya.

 

Tetaplah tersenyum untukku, karena aku menyukainya.

Sampai jumpa. Aku mencintaimu. Park Chanyeol..

 

-0-0-0-

 

Yoona bangkit dari duduknya, berjalan ditaman yang indah itu. Berniat untuk kembali kerumahnya. Dan Yoona mengakuinya bahwa musim semi di Jepang benar-benar indah seperti apa yang dikatakan Chanyeol. Oh, Yoona benar-benar merindukannya.

“Bukankah kau Im Yoona?”

Yoona menatap pria yang berada dihadapannya kini. Pria yang hanya berjarak 1 meter didepannya. Yoona menyunggingkan senyuman manisnya pada pria itu. Dan pria itupun membalasnya dengan senyumannya yang menawan. Yoona ingat pria itu. Pria yang dulu berada di satu kampus yang sama dengannya. Pria yang cukup membuatnya nyaman.

“Oh Sehun?”

 

‘akankah aku kembali jatuh cinta, Tuhan?’

 

-0-0-0-

.

.

.

.

 

Awal pertemuan kita bagaikan musim semi, sangat indah dan berwarna. Seperti saat bunga cherry bermekaran, menambahkan warna dalam kehidupanku.

Selanjutnya bagaikan musim panas. Cuacanya yang cerah membuat orang-orang bahagia karena mereka dapat berlibur ke pantai dan berkemah. Ya, cuaca cerahnya seperti tawamu. Tawamu yang bisa membuatku tersenyum dan bahagia.

Dan  musim gugur pun tiba. Saat itu saat kau pergi, harapanku seperti daun yang berguguran  di musim gugur dan tertiup angin entah kemana. Harapanku untuk bersamamu.

Tentu saja musim dingin akan datang. Hatiku terasa seperti musim dingin. Tidak berwarna seperti dimusim semi. Cuaca tak cerah seperti dimusim panas. Dan angin yang berhembus jauh lebih dingin dari musim gugur.

Aku harap musim dingin akan segera berakhir dan kembali berganti menjadi musim semi, musim panas, dan saat musim gugur dan musim dingin tiba seseorang akan memelukku.

 

 

END

 

A/N: Maaf kalau ffnya gak memuaskan terus typo hehe^^ maaf juga kalau judulnya maksa banget soalnya aku pengen judulnya itu kalau disingkat jadi PCY haha.. gak papa deh, maklum ya! XD

Ditunggu kritik dan sarannya yoooo!!! ;D

8 thoughts on “Page Citing You

Leave a comment