Love at the first sight (1st story)


Love at the first sight (1st story)
Park Hanna | Park Nari STORYLINE
Chaptered | Teen | PG-13
Romance | Brothership | AU | Angst
Yoona (gg) | luhan (exo) | sehun (exo) | tiffany (gg) | Min Seok (exo) | Tao (exo)

Poster by Ahn Yura @lovelydeer artwork
“Cintaku padamu tak akan mati karena perpisahan. Masih ada kenangan, masih ada tangis air mataku yang berlinang kerinduan. Andai segala sesuatu tak memiliki batas waktu. Mungkin aku takkan berucap letih dalam menunggu.”

[Park Ha-Ri storyline]

Hembusan angin yang singgah dengan dedaunan yang jatuh mongering kini silih berganti pergi. Rembulan yang dengan angkuhnya menampakkan cahaya purnama seolah ingin menemani dua sejoli yang sedang di mabuk asmara. Mereka tak menghiraukan langit malam yang lambat laun bertambah gelap kendati detik demi detiknya telah silih berganti.

“Masuklah!” Suara itu milik seorang namja yang sedari tadi berdiri mematung menatap gadis di hadapannya dan baru kini ia angkat berbicara. Ia keluar dari tempat persembunyiannya di balik tirai.

“Apa?”

Yoona tak menanggapi permintaan atau lebih tepatnya perintah dari Sehun. Ia masih ingin menikmati malam pertamanya di China. Merasakan purnama yang nampak cantik sebagai mahasiswa pertukaran pelajar dari Korea. Ia merasa bangga.

“Sudah tengah malam.” Sehun dengan suara datarnya tanpa intonasi yang tepat—menurut Yoona—dan aura dingin yang menambah suasana semakin rancau. Ah, lebih tepatnya magis.

“Ya, aku tahu.” Yoona melirik jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Setelah itu dengan sifatnya yang keras kepala ia tetap memperjuangkan keinginannya.

“Masuk!” Kini dengan suara yang lebih tinggi ia mencengkeram tangan Yoona untuk segera masuk ke dalam apartemennya.
Kadang kala, Yoona memilih merutuki dirinya yang dengan bodoh meminta Sehun untuk menjadi sahabatnya sejak mereka kanak-kanak`. Ya, selain karena ketampanannya yang dapat memikat hati para yeoja, itu pengecualian sisi positif dari dirinya, sifatnya yang sedikit memaksa dan suka memerintah yang sangat tidak di kagumi oleh Yoona. Ia menggeleng pasrah. Mau bagaimana lagi, katanya, itu semua yang pernah ia pinta pun demi kebaikan Yoong sendiri.

“Baiklah,” Yoona pasrah meruntuhkan benteng pertahanan keras kepala dirinya. Ia memilih pergi dari hadapan Sehun secepatnya saat ini.

Dengan angkuhnya Sehun memasuki apartemen Yoona untuk memastikan bahwa gadisnya sudah aman. Menutup tirai kamar dan memastikan jendela telah tertutup rapat, tak salah bukan? Ya, begitulah se-agresif sifat Sehun pada Yoona yang kadang terasa sangat berlebihan. Yoong saja tak tahu apa perasaan Sehun sama seperti dirinya. Rahasia hati, tak perlu ada yang mengetahui mungkin. Cinta yang belum jelas tak perlu di umbar pada khalayak umum, begitulah seingat Yoona, jawaban ketika ia bertanya pada Sehun siapa yang sudah berhasil memenangkan hati sahabatnya.

“Yoong, kau melamun? Atau sedang menikmati ketampananku?” Sehun kini telah berdiri di hadapan Yoona dengan jemari yang dilesakkan kedalam saku celana nya.

“Hah, apa?” Yoona menggelengkan kepalanya untuk mengembalikan roh dan jiwanya yang belum menyatu sejak terhembus angin malam tadi. Ia pun jauh-jauh segera membuang pikirannya yang diam-diam mengagumi namja bermarga Oh itu.

“Kau pikir aku bodoh?” Sehun dengan lagak cool yang terkesan seksi di hadapan Yoona berjalan mendekati Yoona. Tatapannya yang menggelap seolah mengatakan dirinya akan dimangsa. Tidak, tidak.

“Eh?” Yoona merasa telah dan akan di sudutkan. Ia ayunkan kaki dan segera berjalan mundur menjauhi Sehun yang terus saja berjalan ke arahnya.

“Aku tahu aku tampan.” Kini tatapan mereka beradu lama. Sehun mengunci langkah Yoona yang telah menabrak dinding pembatas ruangan.

“Apa? Maksudmu?” Yoona tak bisa berpikir lebih jauh lagi. Hal apa yang akan dilakukannya dan Sehun. “Aku tak mengerti, Hun.” Yoona menggeleng pasrah karena Sehun tak kunjung menjawab tanya untuk mengobati rasa penasaran yang menghujat.

“Kau ini masih saja bodoh, Yoong!” Sehun berjalan mundur menjauh dari hadapan Yoona. Ia terlihat frustasi dan hampir putus asa.

“Hun, maafkan aku. Tapi aku benar tak mengerti apa maksudmu!” Suara Yoona berusaha membuat langkah Sehun terhenti. Tangannya meraih tangan kekar Sehun untuk tak berlalu meninggalkan dirinya.

“Bodoh!” Sehun menghempaskan tangan Yoona dengan sangat kasar. Tanpa perasaan ia melakukannya.

“Terus saja katakan aku bodoh!” Yoona menatap Sehun penuh amarah yang membara. Ia menutup telinga nya tak ingin mendengar apapun lagi yang dikatakan oleh sahabatnya.

Suasana menjadi semakin rancau tak karuan. Hening atmosfer amarah masih menyelimuti apartemen Yoona. Tak ada yang beranjak, tak ada yang memulai pembicaraan. Keduanya sama masih mempertarungkan dinding pembenteng pertahanan keegoisannya masing-masing.

“Dengar, Yoong, maafkan aku, mungkin aku lelah.” Sehun lebih dulu meruntuhkan keegoisannya. Ia menggenggam erat tangan Yoona memohon kebaikan hatinya.

Yoona menatap ketulusan tatapan Sehun padanya. Ia sangat dalam memperhatikan gerak-gerik manic mata itu berpijar. Mengelabui mata hatinya. Yoona dengan senang hati akan mengulas senyum manisnya dan mengumbarnya pada Sehun yang memohon permaafan darinya.

“Aku juga minta maaf, Hun.” Yoona yang tak lebih tinggi dari namja jangkung di hadapannya memberanikan hati memeluk leher jenjang Sehun. Tangannya ia lingkarkan pada leher Sehun dengan erat tak ingin kehilangan.

“Sekarang, tidurlah!” Sehun mengecup puncak rambut Yoona sejenak. Lalu mengusapnya dengan lembut. Yoona mengangguk.

“Hun?” Yoona melepas pelukannya. Ia menatap manic mata Sehun yang sepertinya telah diterpa rasa kantuk yang luar biasa.

“Apa lagi?” Sehun tadinya hendak berbalik arah. Namun suara panggilan Yoona yang membuatnya tertahan tak bisa ia lewatkan begitu saja. Dengan semangat penasarannya dia mendekat kearah Yoona. Dan melihat matanya yang ingin bicara.

“Hmm, selamat malam.” Jawabnya singkat. Namun sesungguhnya bukan jawaban itu yang Sehun harapkan akan keluar dari mulut yeoja yang menjadi sahabatnya kini.

“Oh, ku kira ada apa. Ya sudah, selamat malam juga yoong.”dengan diakhiri lambaian tangan dari Sehun. Difikiran Yoona saat ini adalah bagaimana bisa seorang namja yang pernah menjadi top boys di sekolahnya dulu bisa jadi sahabatnya dan sekarang melambaikan tangan kepadanya.

“Tidurlah di sampingku!.”Dengan langkah tegap dia melangkahkan kakinya menuntun Sehun untuk tisur di sampingnya. Sehun menghela nafas panjang. Meskipun Yoona begitu mengagumi sahabatnya itu, tapi dia tidak menyimpan sebuah rasa apapun. Itulah sayangnya. Karena memang menurutnya cinta tak dapat dipaksa.

“Apa?” Sehun terbelalak tak percaya. Gadis polos yang ia kenal sejak kecil kini sudah menjadi dewasa rupanya. Ia berterimakasih pada Tuhan karena telah mengirimkan bidadari secantik Yoona.

[Park Ha-Ri Storyline]

Malam telah berlalu begitu saja dengan egois. Yoona masih lelah dan ingin terus menerus tidur sepanjang hari dalam dekapan sahabatnya. Sekarang terik mentari telah memenuhi ruang apartemennya. Sehun kini menyambutnya yang baru saja keluar dari kamar mandi. Namun sebuah pemandangan mengusiknya tiba-tiba.

“Ooh! Sejak kapan kau berdiri disitu, hah?” Sembari terkejut dia ternganga. Sejak kapan Sehun berdiri di situ. Apa ia ingin melihat Yoona membersihkan diri? Apa? Tunggu … Sehun tak mungkin bersifat seperti itu

“Kau ini, apa yang kau lakukan di kamar mandi. Kenapa lama sekali? Aku sudah menunggumu lebih dari 45 menit!” Gerutu Sehun. Namun dia jadi berfikir kalau dia mandi empat puluh lima menit dikatakan lama lalu Sehun mandi berapa menit? Apa dia hanya mencuci muka kerennya itu saja?

“Ya! kenapa kau malah melamun? Cepat! Kita sudah terlambat. Ini sudah ku buatkan sarapan untukmu, kau belum makan bukan?” Kata-kata Sehun itu membuyarkan lamunannya seketika. Namun dia masih belum sepenuhnya sadar. Dan hanya disanggahi dengan lirikan.

“Ya? Apa kita terlambat? Tidak.” Yoona pun langsung menyambar sarapan spageti, makanan kesukaanya dari Sehun. Lalu berjalan mengganti pakaiannya.

Setelah selesai menata diri, Yoona yang merasa ditunggu ole Sehun akhirnya keluar kamar. Dengan gayanya sebagai yeoja ulzzang. Membuat hati Sehun agak berdesir melihat sahabat yang ia cintai itu berpenampilan cantik.
“Bagaimana penampilanku? Cantik bukan?” Merasa tak mendapat jawaban dari sabatnya, “Kau terpesona padaku?” Yoona membuyarkan lamunan Sehun.

“Ya! Sudahlah jangan banyak bermimpi. Kajja kita berangkat!” Sehun menarik tangan Yoona. Aah, selalu begini. Batin Yoona menjerit. Tapi dia masih tetap nyaman jika ditarik oleh Sehun. Karena dia merasa beruntung bisa dekat dan menjadi sahabat dari seorang idola yeoja-yeoja di sekolahnya dulu. Karena itu bisa membuat hati para yeoja yang lain iri.

Di dalam mobil kali ini hanya terpasang keheningan dan ketegangan. Di dalam mobil dinas yang diberikan pihak sekolah mereka, mereka hanya takut terlambat. Begitu pula dengan Yoona yang biasanya menderingkan suaranya hingga membuat Sehun selalu memakai headset jika berada didekatnya. Namun itu hanya sebuah gurauan yang terjadi diantara dua sahabat. Karena setiap kali Ia menggunakan headset dia tak menyalakan satu music apapun. Dan masih mendengar suara Yoona yang mengoceh sendiri atau lebih kerennya bermonolog dengan khayalannya sendiri.

“Hun?” Yoona angkat bicara. Ia membenci saat-saat kesunyian. Diam-diam ia memperhatikan ketampanan Sehun yang pasti akan diminati banyak yeoja di China. Saingan baru untuknya.

“Diamlah. Aku sedang tak ingin bergurau denganmu.” Sehun tetap saja tak menghiraukannya. Ia masih saja menatap jalanan kota Beijing di pagi buta.

“Kau bilang, kau ingin mencari Hyung mu?” Tanya Yoona serius. Ia memandang wajah tampan Sehun serius. Ia menangkap perubahan ekspresi dari wajah Sehun. Entah dirinya yang terlalu berlebihan menafsirkannya atau memang Sehun sedikit terkesiap mendengar pernyataannya.

Sehun memang terkesiap. Ia teringat sesuatu memory yang sudah hampir pergi dari sebagian ingatannya. Oh, apa ia sudah mulai menua? Baru saja ia memasuki sekolah atas ditahun terakhirnya.

Ia teringat, pesan Eommanya sebelum ia berangkat ke China. Ia harus menemui Hyungnya, yang telah lama meninggalkannya ketika berusia Sembilan tahun. Ia dan Hyungnya hanya berjarak empat tahun. Ia masih sangat ingat, ketika Hyungnya tak mendapat kasih sayang dari Appanya. Andai, Eomma tak melakukan kesalahan besar kala itu.

“Temuilah Hyungmu, Hun!” Eomma berkata parau malam itu. Malam terakhir Sehun di Seoul.
“Di China? Untuk apa? Ia telah pergi meninggalkanku.” Sehun berkata pasrah. Saat itu, dirinya benar-benar merasa marah pada Hyungnya. Hyungnya yang memilih pergi dari kehidupannya untuk selama-lamanya.
“Hun, Kau tak tahu bukan?” Eomma menarik nafas dalam. Ia masih belum siap membuka cerita lama yang membuat hatinya benar-benar terluka.
“Katakan Eomma! Aku sudah besar, apa yang tak ku ketahui, Eomma?” Sehun berbalik menatap Eommanya dalam. Pandangannya terkesan memaksa dan mengintimidasi.
Sehun masih ingat dengan jelas. Saat lekuk sudut bibir Eomma mengungkapkan yang sebenarnya. Hati Sehun rasanya seperti tersengat listrik. Terkesan dangkal namun menyimpan luka di masa lalu. Ia tak membayankan bagaimana hidup Hyungnya yang tak mendapatkan keadilan. Ia sangat menyayangi Hyungnya. Entah bagaimana rasa benci Hyungnya pada dirinya sendiri. Appanya lebih menyayanginya.

“Hun, apa yang sedang kau pikirkan?” Yoona menangkap pandangan kosong Sehun yang terlihat frustasi. Ia mendecak tak keruan.

“Aku tak apa.” Sehun mencoba mengatakan ia sedang dalam keadaan baik.

Mobil telah memasuki kawasan Zhuji Ronghuai School. Terletak di pantai timur Negeri China, Provinsi Zhejiang, kota Zhejiang yang bersebalahan dengan kota Shanghai International. Sehun keluar dan berjalan menjauhi mobil meninggalkan Yoona yang menunggu Sehun untuk membukakan pintu untuknya.

“Dasar, tak romantic!” Desis Yoona kesal.

Ia turun dari mobil berjalan tanpa Sehun. Di tahun terakhirnya sebagai murid sekolah menengah atas di China, ia tak ingin reputasinya sebagai yeoja yang telah menjadi model di Seoul hancur. Berjalan layaknya putri yang sedang berjalan di atas catwalk. Yoona menikmati waktunya.

“Mian. Maksudku maaf. ” Seorang namja tak kalah tampan menubruknya. Buku yang ia bawa jatuh berserakan di lantai dengan sukses. Bukan. Ini bukan salahnya. Melainkan salahnya karena terlalu lama menghayal.

“Mian? Kau juga dari Korea?” Yoona menunduk. Ia membantunya untuk membereskan beberapa buku-buku yang berserakan jatuh dibawahnya.

“Ya, aku berasal dari Korea.” Namja itu bangkit. Disusul dengan Yoona yang bangkit dengan tumpukan buku yang membebani tangannya.

“Yoona imnida.” Yoona mengulurkan tangannya.

Namja yang dihadapannya ikut mengulur tangannya. “Min Seok imnida.”

Mereka berjalan beriringan. Sembari berjalan dengan dibumbuhi canda tawa dan obrolan ringan ala dua pasangan, jika mereka menyadarinya.

“Kau masuk kelas ini juga?” Tanya Yoona saat mereka sudah berada di ujung pertemuan. Yoona hendak segera masuk. Namun langkah Min Seok juga sama. Tunggu … bukankah, kelas ini khusus untuk para pertukaran pelajar?

“Tentu.”

Min Seok berjalan mendahului Yoona yang masih terkagum di ambang pintu. Ia masih tak mengerti dengan namja yang beberapa waktu yang lalu berbincang dengannya. Oh, Yoong, ternyata masih saja banyak namja yang kau kagumi. Batin Yoona menjerit.

“Kau tak masuk?” Min Seok kembali hadir dalam hadapannya. Rupanya, ia ingin menutup pintu kelas. Yoona dengan cepat masuk ke dalam kelas. Sebelum Min Seok menutupnya, tentunya.

“Yoong …!” Sehun memanggilnya hingga ia tersadar. Rupanya Sehun telah lebih dulu sampai di dalam kelas. Ia menunjuk bangku kosong yang berada di sampingnya. Yoona menangguk. Spontan, ia berjalan mendekati sahabatnya.

“Pagi semua.” Sapa Min Seok di depan kelas. Ia berkata layaknya guru yang sangat bijaksana. Ia terlihat sangat tampan jika sedang seperti itu. Yoona dibuat terpana karena penampilannya kali itu.

“Pagi, Seonsongnim.” Jawab semua murid. Kelasnya memang di buat khusus para siswa pertukaran pelajar dari beberapa sekolah ternama di Seoul. Semua masih dalam tahap belajar bahasa China.

Yoona terkesiap. Ia terbelalak tak percaya. Apa telinganya masih berfungsi dengan baik. Atau khayalannya yang selalu membuatnya terlihat bodoh? Entahlah. Ia rasa, hati kecilnya berkata, bahwa untuk saat ini ia tak salah. Min Seok adalah seorang guru. Jika ia mengaguminya, itu jarak umur yang terlalu panjang baginya.

“Naneun, Min Seok imnida. Panggil saja Sunbaenim,” Ucap Min Seok. “Saya memang yang akan mendampingi kalian, namun saya hanya pendamping kedua. Saya hanya mahasiswa yang magang di Sekolah ini.” Ucap Min Seok sembari memperhatikan para muridnya.

“Ada yang ingin ditanyakan mengenai saya?” tanya Min Seok mencari murid jika ingin ada yang ditanyakan mengenai kepribadiannya.

“Apa anda sudah memiliki kekasih?” Tanya seorang siswa yeoja yang sepertin ya sedikit genit dan menyukai Min Seok. Yoona menggeleng geli. Sebegitu jujur kah mereka mengatakan perasaan suka?

“Saya masih single.” Jawab Min Seok jujur. Ia menatap Yoona yang sedang memperhatikannya. Pandangan mereka beradu. Mata itu … Sudah, lupakan.

“Ada yang ingin ditanyakan lagi?” Min Seok bertanya lagi. Hening. Tak ada yang ingin ditanyakan lagi. Semua siswa belum saling mengenal, maka masih ada atmosfer canggung yang menyelinap.

“Jika tidak ada, waktu perkenalan kita sudah habis. Kalian boleh istirahat.”

Semua siswa satu-persatu keluar meninggalkan kelas. Namun, Sehun justru asyik membuka ponselnya. Ia mendengarkan music kesukaannya menggunakan headshet. Merasa diacuhkan, Yoona melepas headshet yang menyumpal di telinga Sehun.

“Apa?” Sehun menatap Yoona yang telah mengganggu ketenangannya. Ia menatap Yoona dalam. Menanyakan mengapa ia mengusik kehidupannya. Yoona tak menjawab.

“Kau tak keluar?” Setelah beberapa detik bungkam, akhirnya ia menjawab pertanyaan Sehun yang sedari tadi—selama ia berpikir—masih memperhatikannya. Menunggu apa yang ditanyakan.

“Tidak.” Sehun menjawabnya asal. Ia kembali menatap ponsel smarthphone miliknya. Kembali focus dengan musiknya.

“Hun?” Yoona menggenggam erat tangan Sehun. Ia menggoyahkan sisi lengan kanannya.

“Hm?”jawab Sehun singkat. Membuat Yoona penasaran. Sebenarnya apa yang membuat Sehun begitu singkat menjawabnya.

“Kau marah padaku?”Sontak membuat Sehun ternganga. Dan menoleh seketika dengan menunjukkan sikap yang tak wajar. Namun, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

“Aku, Tidak.”

“Atau, jangan-jangan kau menyukaiku ya?”tanya Yoona dengan percaya dirinya yang saat itu terlalu penuh sehingga tumpah. Menjadikan Sehun terkekeh seketika.

“Eh?”Itu membuat Sehun malu. Dan diam seketika menahan tawa karena sebuah kebenaran telah terungkap oleh sahabatnya.

“Kau malu jika berbincang denganku?”tanya Yoona tambah menggoda Sehun yang sedari tadi mengelak. Dan mengalihkan pandangannya.

“Aku. Tidak.”jawab Sehun canggung sehingga ia lebih memalingkan pandangan dari Yoona lagi dan membuat Yoona semakin penasaran.

“Kau bohong.”seka Yoona. Lalu dia mendekatkan wajahnya ke wajah Sehun yang sedari tadi terus memalingkan pandangan darinya.” Buktinya kau tak berani menatapku.”tambahnya membuat Sehun hampir tertawa atau lebih tepatnya tersenyum-senyum.

“Apa?”

“Pipimu merah.” goda Yoona semakin dalam. Membuat wajah Sehun seakan menahan malu yang berkeping-keping. Dan langsung menakupkan kedua tangannya diatas pipinya.

“Aish, jinjayo?!” sergah Sehun. ”Kau jangan menggodaku seperti itu”Membuat Yoona sedikit demi sedikit menjauh mundur dari Sehun.”Aah, kau ini. Akan kukejar kau. Berhenti kau, akan kuberi pelajaran nanti jika kau berhasil ku tangkap.”

“Memangnya kau bisa mengejarku? Ayo kejar aku kalau kau bisa. Week.”sambil menjulurkan lidahnya, Yoona pun berlari menghindari Sehun yang terus mengejarya di belakang.

Bruuk…

Tiba-tiba Yoona dan Sehun terkesiap. Melihat Yoona yang menabrak seorang namja yang sedang berbincang dengan seorang yang ia kenal baru-baru ini, Min Seok Sunbae. Dengan posisi dia tengah berada di pelukan seorang namja yang tadi sedang berbicara dengan Yoona.

Yoona menatapnya dalam membuat hatinya berdebar kencang tak karuan. Tidak kalah dengan namja itu, juga ikut terkejut dan menatapnya tajam. Sementara Sehun yamg terkejut mengartikanya lain.

“Hyung.” Samar-samar suara kecil Sehun keluar seperti desahan membuat Yoona agak memalingkan pandangannya.

Yoona menatap dalam namja yang bertubrukan dengannya. Ia menatapnya dalam. Hatinya berdebar kencang tak berpacu. Yoona tak bisa mengontrol hatinya. Begitu pula dengan namja itu. Ia menatap Yoona dalam. Mata yang telah lama ia rindukan kehadirannya.

[Park Ha-Ri storyline]

[To Be Contiuned]

Re-post on : yoongexo.wordprees.com | authorkg.wordpress.com | fanfichere.wordpress.com |lovelydeerfanfiction.wordpress.com | imyoonafiction.wordpress.com | penahasna.wordpress.com | tintanada.wordpress.com |

2 thoughts on “Love at the first sight (1st story)

  1. siapa yg dipanggil hyung ya ma sehun…?sepertinya sehun cintanya bertepuk sebelah tangan tuh…kcian sehun??lanjut thor….SEMANGAT

Leave a comment