[Play! The Etude] This is Love

this_is_love_by_cloverqua

This is Love

Author : cloverqua (@cloverqua) // Main Casts : Kris Wu and Im Yoona
Support Casts : Kwon Yuri and others
Genre : AU, Friendship and Romance // Rating : PG 15 // Length : Ficlet
Inspired by : Thinking Out Loud – Ed Sheeran
2015©cloverqua

I fall in love with you every single day

Bruno Mars – The Lazy Song

Kris mengalihkan pandang dari layar netbook, setelah mendengar suara dering ponsel yang cukup keras. Tangannya menyambar ponsel yang diletakkan berdekatan dengan netbook-nya tersebut. Sebelum menekan tombol berwarna hijau, ia perhatikan sejenak nama kontak yang tertera di layar.

Yeoboseyo,” dengan lembut dan sopan, Kris menjawab panggilan masuk di ponselnya, yang tidak lain berasal dari ibu sahabatnya.

Kris, maaf jika ahjumma mengganggu waktumu.”

“Tak apa, ahjumma,” Kris terkekeh pelan. “Ada apa meneleponku?”

Aku sudah menghubungi Yoona, tapi dia tidak menjawabnya. Apa dia sedang bersamamu?”

“Yoona?” dahi Kris berkerut, “Setahuku … dia ada janji makan malam dengan Sehun.”

Aku tahu, tapi Yoona sampai sekarang belum pulang.

“A—apa? Belum pulang?” Kris melirik jam pada layar netbook di depannya. Sekarang waktu sudah menunjukkan tepat jam 10 malam, dan itu membuatnya semakin gelisah. Kenapa? Karena seorang gadis yang berstatus sahabatnya sejak kecil itu belum pulang ke rumah. Seharusnya gadis itu sudah pulang ke rumah 1 jam yang lalu. Lantas di mana keberadaannya sekarang?

Bisakah kau mencarinya? Ahjumma khawatir jika terjadi sesuatu pada Yoona.”

Ahjumma tidak perlu khawatir. Yoona pasti baik-baik saja,” Kris berupaya menenangkan ibu gadis itu—Ny. Hana, “Aku akan pergi mencarinya.”

Baiklah, segera hubungi aku jika kau berhasil menemukannya.”

Ne, ahjumma,” jawab Kris sebelum mengakhiri obrolan mereka.

Setelah mendapat kabar dari Ny. Hana soal Yoona yang tak bisa dihubungi, Kris mencoba menelepon gadis bermarga Im. Semoga saja kali ini gadis itu akan mengangkat ponselnya. Sambil berharap agar Yoona segera menjawab panggilannya, Kris tampak menutup layar netbook di depannya.

“Sial!” Kris mengumpat saat mendengar suara operator dari ponselnya. Ia kembali menghubungi gadis itu, namun tetap berakhir sama.

TING! TONG!

Perhatian Kris teralih pada pintu apartemen. Ia letakkan ponselnya di sembarang tempat, lalu berlari menghampiri pintu saat bel kembali berbunyi.

“Yoong?” Kris terperangah melihat sosok gadis yang sedari tadi dihubungi sudah berdiri di depan pintu apartemennya. Kejutan tidak berhenti di sini saja. Mulut Kris sampai menganga lebar kala mendapati Yoona datang dalam kondisi mabuk. Sangat kontras dengan penampilan gadis itu yang terbilang anggun dengan gaun terusan warna hijau yang dikenakan.

“Hai … Kris ….” Yoona melambaikan tangan ke arah Kris dengan senyum lebar dan mata yang setengah terpejam.

“O—tahan dulu!” Kris berteriak panik saat tubuh Yoona terhuyung ke arahnya. Dengan sigap, ia menopang tubuh Yoona dan memapahnya masuk ke dalam apartemen.

Kris menghela napas. Kali ini mabuk Yoona adalah yang terparah dibanding sebelumnya. Untung saja gadis itu bisa sampai ke apartemennya dengan selamat. Kalau tidak, jangan harap gadis itu bisa leluasa pergi ke manapun. Yoona akan berakhir layaknya burung dalam sangkar emas, atau kata lainnya dikurung di dalam rumah.

“Kris, apa yang harus kulakukan sekarang?”

Kedua alis Kris bertaut. ‘Kali ini masalah apa lagi yang menimpanya?’—batinnya penasaran.

“Sehun ….” tubuh Yoona yang semakin lemas membuat Kris kerepotan.

“Ada apa dengan lelaki pujaanmu itu?”

“Dia menolakku, Kris,” Yoona kemudian tertawa kecil, “Dia tidak mau menjalin hubungan denganku, karena—”

Kris masih menunggu, menunggu Yoona menyelesaikan kalimatnya.

“Karena dia cemburu, aku selalu bersamamu. Dia bilang … seharusnya aku menjalin hubungan denganmu, karena aku selalu menomorsatukan urusanmu dibandingkan Sehun,” lanjut Yoona. Ajaib memang, meski mabuk ia masih bisa berbicara panjang lebar.

Kris terdiam mendengarnya. Wajahnya sedikit memerah mendengar penuturan yang disampaikan Yoona.

“Apa mungkin kita bisa menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih?” Yoona tertawa kecil, “Bukankah kita dekat karena bersahabat sejak kecil?”

Kris tertohok dengan ucapan Yoona. Ia lantas memapah tubuh Yoona dengan paksa menuju kamarnya.

“Kau adalah sahabat terbaikku,” lanjut Yoona, masih di bawah pengaruh minuman alkohol.

“Ya ya ya, aku tahu, Nona Im. Sekarang sebaiknya kau berbaring dan beristirahat,” balas Kris sedanya, “Kau sedang mabuk.”

“Aku tidak mabuk, Kris,” Yoona terkikik, “Aku hanya ingin mengatakan … sesuatu padamu.”

Kris memejamkan matanya, sambil mati-matian menahan emosinya yang mulai tidak stabil.

“Kurasa, alasan kenapa aku selalu menomorsatukan urusanmu—” Yoona tersenyum lebar, “—bukan karena kau sahabatku. Tapi ….”

Kris semakin dibuat penasaran dengan ucapan yang disampaikan Yoona.

“Tapi … karena aku memang menyukaimu, Kris. Lebih dari sekedar sahabat.”

Tidak diragukan lagi, wajah Kris sontak memerah mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut Yoona. Lelaki itu bahkan sampai berdiri mematung, melupakan kewajibannya yang harus segera membaringkan Yoona di ranjang. Ia tidak mempercayai begitu saja pengakuan Yoona, mengingat gadis itu dalam kondisi mabuk. Tapi, tetap saja semua ucapan itu terus terngiang dalam kepalanya.

“Sudahlah, jangan bicara lagi! Atau kau akan—” Kris mengernyit begitu menyadari perubahan raut wajah Yoona. Gadis itu tampak menutup mulutnya.

“Kau kenapa, Yoong?”

Yoona tidak menjawab, sementara Kris mulai merasa was-was dengan kondisi gadis itu yang tampaknya akan …

“HOOEEK!”

“YA, IM YOONA!”

//

Suara gemericik air yang keluar dari shower, cukup menenangkan suasana hati Kris yang sempat memanas karena ulah Yoona. Ia masih sibuk membersihkan tubuhnya setelah—err, Yoona memberikan sebuah hadiah yang sangat istimewa untuknya.

Kris mengusap wajahnya dengan handuk, dan setelah berganti pakaian, ia keluar dari kamar mandi. Ia memandangi sosok gadis yang sedang menarik selimut untuk menutupi tubuh Yoona, juga membereskan gaun gadis bermarga Im itu.

“Terima kasih atas bantuanmu, noona,” ucap Kris pada gadis itu—Kwon Yuri, tetangga apartemennya yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Kris sengaja memanggil Yuri untuk membantu mengganti pakaian Yoona. Untung saja Yoona meninggalkan beberapa pakaian, mengingat gadis itu memang kerap menginap di apartemen Kris—setiap kali ada masalah yang mengusik pikirannya.

Kris sama sekali tidak keberatan tiap kali Yoona menginap di apartemennya. Ia tahu persis jika Yoona kesepian, lantaran gadis itu adalah anak tunggal dan orang tuanya sama-sama sibuk bekerja. Satu-satunya orang yang selalu mengobati kesepian Yoona adalah Kris.

Yuri tersenyum, kemudian menyiapkan minuman hangat untuk Kris.

“Kali ini masalah apa?”

Kris menyesap teh yang baru saja dihidangkan oleh Yuri. Ia tersenyum simpul, sembari meletakkan cangkir ke atas meja.

“Dia ditolak Sehun,” jawab Kris seadanya.

Yuri membelalakkan matanya, “Benarkah? Kukira hubungan mereka akan berakhir menjadi sepasang kekasih.”

“Aku juga berpikir demikian, noona,” Kris mendesah pelan, “Kenyataannya, Sehun menolak Yoona dengan alasan yang—menurutku sangat konyol.”

“Konyol?”

“Saat mabuk, Yoona menceritakan semuanya padaku,” Kris mengusap tengkuknya, lalu meringis lebar. “Sehun cemburu karena Yoona selalu menomorsatukan urusanku dibanding dirinya. Dia juga menambahkan, seharusnya Yoona menjalin hubungan denganku, bukan dengannya. Itu pendapat yang konyol.”

“Tidak, Kris,” Yuri tersenyum, lalu meletakkan cangkir miliknya. “Kali ini, aku sependapat dengan Sehun.”

Kris mengernyit, “Apa maksudmu?”

“Apa kau tidak menyadarinya?” Yuri menatap tak percaya ke arah Kris. “Dari penglihatanku, interaksi antara kau dan Yoona, itu sudah sangat jelas jika kalian sama-sama saling suka. Bukan lagi sebagai sahabat, tapi layaknya pria dan wanita, Kris.”

“Menurutmu … seperti itu?”

“Tentu saja. Bahkan orang yang pertama kali bertemu dengan kalian, sudah pasti akan menganggap bahwa kalian adalah pasangan kekasih,” lanjut Yuri.

Kris terdiam, tidak tahu harus berkata apa menanggapi pendapat Yuri.

“Kau menyukainya. Benar, ‘kan?”

“Sudah kuduga akan seperti ini,” Kris mengusap wajahnya, “Seberapa keras aku berusaha menyembunyikan perasaanku pada Yoona, nyatanya tetap bisa dibaca oleh orang lain.”

Yuri terkikik geli melihat ekspresi wajah Kris. “Lalu, apa rencanamu sekarang? Kau harus secepatnya menyatakan perasaanmu pada Yoona?”

“Haruskah aku melakukan itu?”

“Kenapa tidak?” Yuri mencoba meyakinkan Kris untuk lebih percaya diri terhadap perasaannya. “Kasusmu ini berbeda dengan orang kebanyakan, di mana mereka terjebak dalam friendzone. Kalian berdua, sama-sama saling menyukai.”

“Kalau soal perasaan Yoona, aku tidak begitu yakin,” Kris teringat ucapan gadis itu saat datang ke apartemennya dalam kondisi mabuk. “Dia memang mengatakan padaku kalau menyukaiku lebih dari sekedar sahabat. Tapi, Yoona mengatakan itu semua dalam kondisi mabuk, noona.”

“Menurutku … dia berkata jujur, meskipun dalam kondisi mabuk,” Yuri meringis lebar.

Bibir Kris mengerucut, “Kau yakin sekali dengan pendapatmu itu.”

“Sudahlah, percaya saja padaku. Kau harus mencoba mengakui perasaanmu pada Yoona,” Yuri menggenggam tangan Kris, memberi semangat pada lelaki itu.

Kris tersenyum, senang dengan ucapan Yuri yang menyemangatinya. Paling tidak suasana hatinya kembali membaik seperti semula.

.

.

.

.

.

Suara kicauan burung berhasil membangunkan Yoona yang masih tertidur pulas di balik selimut. Gadis itu menggeliat, lalu terduduk sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing. Setelah Yoona membuka kedua matanya, gadis itu terkejut begitu mengetahui dirinya tidak berada di kamarnya seperti biasa, melainkan kamar seseorang.

“Ini di mana?” Yoona memicingkan matanya, berusaha mengenali kamar tempatnya berada. Setelah melihat foto yang terpajang pada bingkai di atas nakas, gadis itu memekik, “Omo!”

Yoona sontak menutup mulut, ketika melihat Kris sedang tertidur di atas sofa yang berada di kamar tersebut. Ia berusaha mengingat kembali kejadian semalam yang membuatnya berakhir di apartemen Kris.

Wajah Yoona perlahan memerah. Semua kejadian semalam bermunculan dalam kepalanya. Gadis itu menunduk, malu atas sikapnya semalam terhadap Kris. “Aish, apa saja yang sudah kulakukan semalam?”

Tak ingin semakin merasa malu untuk bertemu dengan Kris, Yoona bermaksud meninggalkan apartemen—selagi lelaki itu masih tertidur. Dengan hati-hati, Yoona melangkah pelan keluar kamar, setelah sebelumnya merapikan ranjang yang baru saja ia gunakan.

“Kau mau ke mana?”

Yoona melonjak kaget mendengar suara Kris. Gadis itu langsung berdiri tegak, dan melemparkan senyuman untuk Kris. “Oh, kau sudah bangun?”

Kris masih sibuk mengucek matanya, “Sudah merasa lebih baik? Sampai-sampai kau ingin pergi begitu saja tanpa berpamitan padaku.”

Yoona menghela napas, lalu menunduk di depan Kris. “Maaf atas sikapku semalam. Aku sudah banyak merepotkanmu.”

“Sudahlah, ayo kita sarapan bersama,” ajak Kris cuek, tidak terlalu ambil pusing dengan permintaan maaf yang disampaikan Yoona. Gadis itu hanya mengikutinya dari belakang tanpa mengatakan apapun.

//

Keheningan begitu mendominasi kegiatan sarapan bersama yang dilakukan Kris dan Yoona. Mereka duduk saling berhadapan, tapi sama sekali tidak melakukan obrolan yang seperti biasanya. Yoona sendiri masih merasa malu atas sikapnya semalam, sementara Kris terus memikirkan penuturan Yoona dan pendapat Yuri—soal perasaannya yang menyukai gadis itu lebih dari sekedar sahabat.

“Ngomong-ngomong, siapa yang mengganti pakaianku semalam?” Yoona tidak tahu lagi harus bertanya apa untuk memecah keheningan di antara mereka. Ia hanya meringis lebar saat melihat ekspresi wajah Kris yang sangat datar.

“Yuri-noona.”

Mendengar nama yang disebut Kris, Yoona menghela napas lega. Tadinya ia sempat berpikir yang macam-macam jika sahabatnya itu yang mengganti pakaiannya.

“Oh iya, terima kasih atas hadiahmu semalam,” Kris menyindir Yoona soal kejadian semalam saat gadis itu muntah karena mabuk berat.

Kontan saja wajah Yoona memerah mendengar sindiran yang dilontarkan Kris, “Maafkan aku, Kris. Aku benar-benar minta maaf soal sikapku semalam. Itu semua adalah murni kesalahanku.”

“Termasuk semua yang kau katakan?”

“A—apa?” Yoona mengernyit, “Memangnya, semalam aku sudah mengatakan apa padamu?”

“Semuanya,” Kris memandang Yoona dengan raut wajah serius, “Mulai dari Sehun yang menolakmu, sampai kau mengatakan bahwa kau menyukaiku. Lebih dari sekedar sahabat.”

“Be—benarkah?” Kris mengangguk, dan membuat Yoona semakin kehilangan wajah di depan lelaki itu.

“Jadi, semua yang kau ucapkan semalam—”

“Tolong lupakan saja!”

Kris terkejut mendengar suara tegas dari Yoona. “Apa?”

“Lupakan saja apa yang kukatakan semalam. Anggap aku tidak pernah mengatakan hal itu padamu, Kris,” lanjut Yoona sambil menunduk.

Perubahan raut wajah Kris semakin kentara. Kini laki-laki itu tampak muram, sambil menikmati sarapannya.

“Baiklah, jika itu memang maumu,” Kris tidak berbicara lagi, memilih fokus menghabiskan sarapannya. Sementara Yoona, ia terlanjur kehilangan selera makan lantaran merasa bersalah pada Kris. Baru saja ia membohongi laki-laki itu soal perasaannya. Kenapa? Ia hanya tidak ingin Kris menganggap ucapannya semalam adalah sebuah lelucon, karena itu melukai hatinya. Yoona masih mengingat dengan jelas apa saja yang sudah diucapkannya semalam pada Kris. Jujur saja, semua yang ia ucapkan semalam adalah sebuah fakta, kebenaran yang ia ungkapkan dari dalam hatinya.

“Ngomong-ngomong … aku berencana untuk kembali ke China.”

“APA?” Yoona memekik kaget mendengar rencana yang diutarakan Kris. “Kembali ke China? Kenapa?”

“Tentu saja ingin tinggal bersama lagi dengan orang tua dan kakakku. Aku sangat merindukan mereka,” jawab Kris santai, tidak peduli dengan perubahan raut wajah Yoona yang terlihat shock.

“Berapa lama … kau akan tinggal di sana?”

Kris mengedikkan bahunya, “Tidak tahu. Mungkin, dalam waktu yang cukup lama. Bisa jadi aku akan menetap di sana.”

“MENETAP?” Yoona sampai meremas kuat-kuat peralatan makannya, “Tidak kembali lagi ke sini?”

“Aku hanya bilang mungkin. Kenapa ekspresi wajahmu seperti itu?” Kris terkikik geli, namun sama sekali tidak ditanggapi oleh Yoona.

Yoona menarik napas dalam-dalam, “Ngg … kapan kau akan berangkat?”

Kris terdiam sejenak, “Kurasa … dua atau tiga hari lagi.”

“Secepat itu?!” Yoona tidak bisa menyembunyikan kesedihannya atas kabar yang diberikan Kris. “Kenapa mendadak sekali? Kau bahkan tidak pernah mengatakan apapun padaku soal ini?”

“Sudahlah, lagipula aku masih mempertimbangkannya,” Kris berdiri dari kursinya, “Sekarang lebih baik kau habiskan sarapanmu. Setelah ini, aku akan mengantarmu pulang.”

Kris berjalan melewati belakang kursi yang diduduki Yoona. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat Yoona secara mengejutkan menarik kaos yang ia kenakan.

“Jangan pergi ….” suara Yoona terdengar lirih dan berat. “Tetaplah di sisiku, Kris.”

Kris memutar tubuhnya, lalu menghadiahi sorot mata sinis untuk Yoona. “Kenapa aku harus tetap tinggal di sisimu? Jika hanya karena aku sahabatmu, aku tidak bisa—”

“Karena aku menyukaimu,” lanjut Yoona memotong ucapan Kris.

Hening. Baik Kris maupun Yoona sama-sama terdiam.

“Kau bilang apa?”

Yoona mendengus kesal, “Aku menyukaimu, bodoh.”

“Hei, kau bilang menyukaiku, tapi mengataiku bodoh?” Kris menggelengkan kepala, “Aku akan tetap pergi ke China!”

“Ti—tidak. Aku hanya bercanda, Kris,” tarikan Yoona pada bagian belakang kaos Kris semakan kuat. “Tetaplah di sisiku. Aku sangat membutuhkanmu, Kris. Aku tidak bisa hidup tanpa dirimu.”

Mata Yoona mulai berkaca-kaca karena Kris tak kunjung memberinya jawaban. Gadis itu mulai putus asa, sampai akhirnya …

“HAHAHA!”

Yoona mendongak. Ia terkejut mengetahui Kris sedang tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perut, dan terduduk di atas lantai.

Aigo, seharusnya kau melihat seperti apa wajahmu sekarang, Yoong,” tawa Kris kembali terdengar, sementara Yoona masih belum mengerti dengan situasi yang sebenarnya.

“Apa maksud ucapanmu?”

Setelah menghentikan tawa, Kris berdeham sejenak, “Aku berbohong soal rencanaku kembali ke China. Aku hanya ingin memancingmu saja untuk berkata jujur soal apa yang kau katakan semalam.”

“A—apa?”

Kris menjulurkan lidah, “Siapa suruh kau tidak mau berkata jujur padaku.”

Tangan Yoona mengepal kuat. Ia tidak percaya jika Kris sedang mengerjainya, padahal gadis itu benar-benar percaya dengan ucapan Kris yang terdengar sangat meyakinkan.

“Keterlaluan!”

Kris tersentak kaget begitu melihat Yoona terduduk di lantai sambil menangis. “He—hei, kenapa kau menangis, Yoong?”

“HUWEEE!!” tangisan Yoona justru semakin keras.

“Hei, aku hanya bercanda, Yoong,” Kris tersenyum kikuk, “Aku tidak akan pergi ke manapun. Sungguh.”

“Bercandamu kelewatan, Kris!” bentak Yoona kesal. “Aku benar-benar percaya dengan ucapanmu tadi bahwa kau akan pergi ke China dan tidak akan kembali lagi ke sini. Kalau kau pergi, bagaimana denganku? Aku pasti sangat kesepian tanpa dirimu, bodoh!”

Kris menatap tak percaya pada Yoona yang kini mengumpatnya. Padahal gadis itu sedang mengakui semua perasaannya kepada Kris.

“Meskipun aku terlambat menyadari perasaan itu, tapi aku tidak bisa membohonginya. Aku mencintaimu, Kris. Sangat mencintaimu,” Yoona masih terisak sambil menutupi wajahnya.

Bibir Kris melengkung sempurna, “Aku tahu. Aku bisa melihat dan merasakannya. Aku pun juga sangat mencintaimu, Yoong.”

Kris memberikan sentuhan lembut pada bahu Yoona yang gemetar, namun tangis gadis itu tak kunjung berhenti.

“Aish, sepertinya aku tidak punya pilihan lain untuk menghentikan tangisanmu,” Kris mengeluarkan seringaiannya, dan ucapannya tersebut berhasil memancing Yoona untuk memperlihatkan wajahnya.

Saat itu juga—tak ingin melewatkan kesempatan yang ada, Kris mendaratkan bibirnya tepat di bibir Yoona. Seperti yang sudah diperkirakan, tangis Yoona langsung berhenti.

“Sudah merasa lebih baik?” Kris mengeluarkan senyum smirk-nya.

Yoona menunduk. Perasaannya campur aduk antara senang dan malu karena baru saja mendapatkan ciuman pertama dari Kris. Sungguh ia tidak pernah membayangkan bahwa akhirnya ia justru jatuh ke dalam pesona sahabatnya sejak kecil—Kris Wu.

Kris hanya tersenyum geli melihat tingkah malu Yoona yang menurutnya sangat menggemaskan. Apalagi saat kedua tangan gadis itu memeluk tubuhnya dengan sangat erat.

“Aku akan selalu berada di sisimu. Percayalah,” ucap Kris sambil mengusap punggung Yoona dengan lembut.

“Janji?” Yoona memandangi Kris dengan lekat. Lelaki itu mengangguk dan mengecup keningnya, membuat pipi Yoona kembali merona.

“Ngomong-ngomong, sejak kapan kau menyadari perasaanmu itu?”

Kris sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Yoona, “Ngg … aku tidak tahu kapan pastinya, tapi—”

Yoona masih menunggu Kris melanjutkan kalimatnya.

“Karena kita selalu bersama, aku jatuh cinta padamu setiap hari,” lanjut Kris dan sukses membuat wajah Yoona merah padam.

“Jadi, ini adalah cinta yang tumbuh karena kita selalu terbiasa bersama?”

Kris mengangguk, “Ya, kurasa kalimat itulah yang tepat untuk menggambarkan cinta yang kita rasakan sekarang ini. Cinta karena terbiasa.”

Selanjutnya hanya terdengar tawa dari Kris dan Yoona. Mereka kembali berpelukan dengan raut wajah yang dipenuhi kebahagiaan. Kini keduanya siap menjalani kebersamaan—bukan lagi sebagai sahabat, melainkan sebagai pasangan kekasih, atau bisa saja nantinya berakhir sebagai pasangan hidup.

-THE END-

A/N : Oke, sebelumnya mau mengucapkan Happy 1st Anniversary buat Im Yoona Fiction! Semoga makin sukses dan selalu memberikan karya-karya terbaiknya untuk kita semua 🙂

Balik lagi soal FF ini. Sebenarnya ini FF kedua yang aku tulis (hasil perombakan dari FF pertama yang sudah kukirim). Karena kurang sreg sama versi pertama, dan ternyata jadwal publishnya diundur, aku perbaiki dan kembangin alurnya supaya lebih pas hehe.

Sebenarnya kurang yakin juga sih sama hasil akhirnya. Karena jujur aja, aku kesulitan cari ide, walaupun tracklist untuk inspirasi FF sudah disediakan. Jadi, maaf kalau ceritanya absurd dan ruwet (ini author ngomong apaan sih*plak*) XD

Oh iya, karena baru bisa memperbaiki di hari akhir jadwal pengiriman FF yang sudah diundur, aku nggak sempat mengedit sama sekali. Jadi, mohon maklum kalau banyak typo bertebaran ^^’

Terima kasih sudah membaca ❤

24 thoughts on “[Play! The Etude] This is Love

  1. Hehe , hehe , so sweet , keren ih , kris mah . Suka banget sama dua bias . Hoho , aku blush blush ini haha . Bacanya sambil senyum senyum . Keren lah .

Leave a reply to lin Cancel reply