Painfully (Chap 2)

PAINFULLY NEW

Im Yoona | Cho Kyuhyun | Kris Wu | Seo Joo Hyun

Victoria Song | Huang Zing Tao | Xi Luhan

Disclaimer | This story is mine, cast are belong god

Warning | Garing, typo, bad story, and other

Poster by Yukowashaki

Matahari begitu terik hari ini. Membuat siapa saja yang berdiri dibawah sinarnya, merasa terbakar bagai daging panggang diawal musim panas. Seorang wanita cantik dengan rambut hitam bergelombang miliknya, terduduk dibawah pohon yang sangat rindang sambil membaca sebuah buku novel bersambul warna merah muda.

Ia tersenyum manis membaca satu demi satu bab yang ada didalam buku itu. Menghiraukan puluhan pasang mata yang menatap kagum kecantikan yang Tuhan berikan padanya. Seperti ribuan kupu-kupu yang sedang mengepakkan sayap didalam perutnya. Rasanya ia ingin muntah membaca kisah ini.

Bukan menjijikan atau apalah itu sebangsanya. Tapi perasaan bahagia yang sedang menyapa hatinya kini. Kisah cinta tentang sepasang sejoli yang telah mengikat janji sehidup semati. Sang wanita sangat mencintai suaminya. Walau ia tahu sang pria mengidap penyakit mematikan HIV AIDS.

Mungkin sangat mengerikan. Tapi, membuat siapa saja yang membaca buku ini ingin sekali merasakan cinta sejati itu. Begitu pula dengan wanita cantik bermarga Seo ini. Ia ingin sekali merasakan cinta sejati itu sebenarnya.

“Serius sekali” guam seseorang membuat wanita itu mengalihkan perhatiannya. Ia menoleh kearah samping dan mendapati seorang pria tampan yang tengah bersandar sambil menutup matanya rapat-rapat.

“Kak Luhan” guam Seohyun sedikit terkejut.

Bukankah Kak Luhan sedang berada di Korea?, pikirnya.

Pria yang dipanggil Luhan itu tersenyum kecil lalu berkata : “Kau pasti bingungkan kenapa aku bisa ada disini?” tanya Luhan yang seakan-akan bisa membaca pikiran wanita berwajah polos disampingnya.

“Tidak juga” elak Seohyun dan kembali memfokuskan dirinya pada buku novelnya.

Sunyi. Tak ada percakapan lagi yang berlangsung. Dan hal itu membuat pria bermarga Xi itu membuka kelopak matanya lebar-lebar lalu mengerucutkan bibirnya kesal. Ia merasa dihiraukan, harusnya wanita itu menanyakan bagaimana kabarnya atau apalah itu.

“Yak kau ini, apa yang kau lakukan?”

“Kau tidak lihat, aku sedang membaca novel”

“Aku juga tahu hal itu” ia mendengus kesal “Memangnya kau tidak merindukanku? Kau tahu? Aku menempuh perjalanan selama tiga jam dari Seoul ke sini dan seharusnya kau menanyakan kabarku”

“Baiklah” Luhan tersenyum manis “Bagaimana kabarmu?” tanya wanita itu acuh tak acuh.

“Baik. Bagaimana denganmu?”

“Baik”

“Hanya itu?”

“Ya, memang apa lagi?”

Kesal. Ya, tentu saja. Siapa yang tidak kesal jika diacuhkan? “Akhir kisah itu adalah sang namja meninggal dunia dan sang yeoja menikah lagi dengan orang lain. Upss… aku mengatakannya”

Seohyun menoleh dan langsung melayangkan tatapan tajam pada pria itu. Siapa yang mau membaca novel jika kau sudah mengetahui akhir ceritanya? Wanita itu memasukkan novelnya kedalam hand bag berwarna merah marun yang baru saja ia beli dipusat pembelanjaan yang sangat terkenal di China.

“Kau sungguh menyebalkan Xi Luhan”

Luhan kembali terkekeh. Ia merasa senang karna telah mengerjai adiknya ini “Untuk permintaan maafku. Bagaiaman kalau sekarang kita makan siang?”

Seohyun nampak berpikir sebentar. Sejujurnya ia masih kesal, tapi cacing-cacing yang berada diperutnya tidak mau mengerti keadaannya sekarang. Dengan setengah hati ia mengangguk “Baiklah. Tapi, kau yang traktir?”

“Ok”

Mereka berdua bangkit lalu berjalan keluar area kampus. Meluapkan perasaan rindu dari percakapan singkat yang sangat menyenangkan itu. Awalnya Seohyun terkejut, mendengar alasan Luhan kembali lagi ke China. Wu Junsu akan mewariskan perusahaannya kepada salah satu cucunya. Berarti, Kris juga terlibat dalam persoalan ini.

“Jadi” Seohyun menggantungkan kalimatnya diudara lalu melayangkan fokus matanya pada pria disampingnya kini “Kau akan bersaing dengan Kak Kris?”

Seohyun sadar pertanyan yang baru saja dilontarkannya adalah pertanyaan bodoh. Oh ayolah, Seo Joo Hyun sudah mengetahui kalau Wu Junsu hanya memiliki 2 cucu. Xi Luhan dan Kris Wu. Jadi, untuk apa wanita itu bertanya jika ia telah mengetahui semuanya?

“Ya, begitulah”

Seohyun kembali terdiam. Haruskah ia menyemangati Luhan? Oh ayolah, itu tidak mungkin. Jika wanita itu menyemangati Luhan, sama saja ia menghancurkan kekasihnya sendiri. Yap, Kris Wu pria angkuh itu adalah kekasihnya. Memang terdengar aneh. Karna mereka berdua memiliki sifat yang bertolak belakang.

“Seohyun” panggil seseorang yang ia yakini bukanlah Luhan.

Dengan cepat Seohyun menoleh. Memfokuskan penglihatannya pada sumber dari suara itu berasal. Kris Wu, pria itu ada disini sekarang. Dengan setelan jas berwarna abu-abu dan dengan senyuman khas yang tertempel diwajahnya. Entahlah, wanita itu pun tidak mampu menggambarkan seberapa tampan prianya itu.

“Kak Kris” guam Seohyun agak kencang membuat pria cantik disampingnya ikut menoleh.

Demi hot dong yang baru saja ia beli dipersimpangan menuju kesini. Rasanya pria cantik itu ingin sekali muntah. Melihat senyuman palsu yang tergambar diwajah tampan sepupunya itu. Senyum palsu? Ya tentu saja, manusia sebejad Kris Wu tidak mungkin bisa tersenyum dengan tulus. Hati pria itu berkecamuk. Ia merasa hawa panas menjalar kesuluruh tubuhnya.

“Kakak”

Mendengar suara lembut-yang bersumber dari bibir wanita itu-membuat amarah yang hampir menguasai Luhan kini mereda. Ia menoleh kearah Seohyun dan menemukan sebuah senyuman manis disana. Senyuman yang mampu membuatnya berhenti bernafas.

“Sepertinya, aku tidak bisa makan siang denganmu. Mungkin lain kali”

Kesal, marah, kecewa. Ya tentu saja. Hey, Luhan yang pertama kali mengajak Seohyun makan siang, kenapa ia yang harus mengalah? Tapi tetap saja walaupun ia merasa kesal, marah, dan kecewa, pria itu tak dapat meluapkannya.

“Ya, mungkin lain kali”

Langkah kecil itu menuntun Seohyun menuju mobil sedan mewah berwarna hitam yang ditumpangi kekasihnya. Tangan kecilnya menarik pintu itu dan segera dudukki kursi penumpang disebelah kursi kemudi. Tanpa banyak bicara, pria itu segera menekan pedal gas dan seketika mobil tersebut melesat membelah jalanan kota Beijing.

Tapi sebelum mesin beroda empat itu berputar, Seohyun menoleh dan melambaikan tangannya pada Luhan. Yang benar saja! Wanita itu bahkan masih sempat-sempatnya tersenyum manis saat menyadari perubahan air muka dari Luhan.

Oh ya, Seo Joo Hyun bukanlah wanita bohon dan kolot yang suka dipermainkan oleh pria. Ia cukup pintar walaupun tidak jenius. Setidaknya wanita itu mengerti perubahan raut wajah seseorang. Dan wanita itu mengerti perbuhan raut wajah Luhan saat ini.

“Kris, aku selalu mengalah padamu” ia masih menatap mobil sedan itu yang sekarang telah menghilang dipersimpangan jalan “Tapi kali ini, aku tidak akan pernah mengalah lagi”

Xiang Fei menatap datar seorang pria paruh baya yang terduduk dikursinya dengan raut wajah dingin tak jauh dari tempat ia berdiri. Ruangan yang berdominasi warna putih berukuran 8×9 meter itu hanya berisikan mereka berdua saja. Dengan puluhan bingkai foto yang membentang dari ujung keujung membuat ruangan tersebut serasa ruangan keluarga.

Wanita keturunan China itu tak bergeming dari tempatnya berdiri sekarang. Hampir 20 menit ia berdiri dengan sebuah buku agenda yang berada dalam genggamannya. Pegal. Sangat. Tapi, ini lah pekerjaannya. Ia hanya bisa berdiri menunggu majikannya memberikan perintah.

“Apakah Luhan sudah sampai?” pria berkepala tujuh itu akhirnya membuka suara setelah sekian lama mereka tenggelam dalam kesunyian.

“Ya, Tuan Muda Xi Luhan telah sampai di Beijing sejak sembilan jam yang lalu”

Wu Junsu menarik salah satu sudut bibirnya. Menciptakan sebuah seringai yang mengerikan diwajahnya yang sudah menggerut. Cih, kemana anak itu? Harusnya, ia bertemu dulu dengan kakeknya bukan malah keluyuran entah kemana.

“Jadi, kemana anak itu?” Wu Junsu masih memfokuskan matanya pada jendela kaca yang menampilkan panorama malam kota Beijing.

“Kami kehilangan kontak dengannya sejak tujuh jam yang lalu. Terakhir kali kami mendapatkan informasi bahwa Tuan Muda Xi Luhan berada di Universitas Beijing pukul dua belas siang”

Laporan singkat yang dilontarkan sekertaris pribadinya, membuat seringai yang terukir jelas diwajah Wu Junsu teramat mengerikan. Ia kembali menaikkan kurva seringainya. Anak itu!

“Bagimana dengan Kris?”

“Tuan muda Kris Wu, sekarang sedang makan malam dengan puteri tunggal Seo Corp”

Buah memang tak jatuh jauh dari pohonnya. Memang perungkapan yang biasa, tapi memiliki arti yang luar biasa. Tidak anaknya Wu Yi San dan Wu Min Ah, tidak pula cucunya Kris Wu dan Xi Luhan. Mereka semua sama-sama menyukai uang. Sama seperti dirinya.

Jadi, itu cara mereka untuk mendapatkan posisi ini? Memperkuat diri mereka sendiri. Tanpa memperdulikan seseorang yang akan tersakiti dikemudian hari.

Wu Junsu memutar kursinya, menampakkan wajahnya yang sudah berkerut dengan seringai yang masih singgah disana. Sungguh tidak cocok bukan? Untuk ukuran pria paru baya seperti dirinya. Junsu harusnya sudah berada dikursi goyang dengan sebuah kaca mata yang bertengger dibatang hidungnya dan sebuah buku dongeng dalam genggamannya.

“Menurutmu, siapa yang akan mendapatkan posisi ini? Kris? Atau Luhan?”

To: Nona Im

Yak pabo, kau lama sekali. Cepat turun atau aku akan membakar rumahmu ini!

Pria yang tengah bersandar didepan mobil miliknya, terkekeh kecil saat mengulang pasan yang baru saja ia kirim satu detik yang lalu. Jangan pernah berpikir kalau pria yang terkenal karna evil smilenya ini benar-benar akan membakar rumah seseorang. Ini hanya gertakkan saja.

From : Nona Im

Dasar cerewet!

Pria itu kembali terkekeh saat membaca pesan singkat dari seseorang yang sangat dikenalinya. Cho Kyuhyun adalah seorang pewaris tunggal Cho Corp. Terlahir dari keluarga yang sangat kaya raya dan terpandang. Tapi, tak membuat pria-yang terlahir 29 tahun yang lalu ini-menjadi sombong dan angkuh. Ia jauh lebih memilih bisnis kecil-kecilan dari pada harus duduk dikursi Direktur sambil menandatangani berkas-berkas yang diberikan sekertarisnya.

Sungguh membosankan bukan?

“Oppa” panggil seseorang.

Kyuhyun segera mendongak menatap seseorang yang baru saja memanggilnya. Untuk beberapa detik, Kyuhyun terdiam. Terpaku menatap seorang wanita cantik didepannya. Oh Tuhan, kenapa jantungnya berdetak tak karuan seperti ini?

“Yak! Jangan menatapku seperti itu”

Huff… bersyukurlah kau, Cho Kyuhyun. Untung saja dia tidak sedang makan atau minum. Kalau dia sedang makan atau minum. Celaka! Bisa-bisa pria itu mati tersedak mendengar teriakan wanita yang tengah berdiri dihadapannya kini.

“Yak! Kau ingin membuatku tuli?”

Yoona terskekeh kecil lalu memamerkan cengiran lebarnya. Huh! Pantas saja pria itu berteriak padanya. Jarak mereka begitu dekat, mungkin saja teriakkan Yoona mampu menghancurkan gendang telinga Kyuhyun “Mian”

Pria itu menghembuskan nafasnya panjang “Baiklah. Ayo” ia berniat membuka pintu mobil sedan hitam miliknya. Tapi, aksinya terhenti karna teriakkan itu “Tunggu” apa lagi sekarang?

Pria itu membalikkan tubuhnya “Bagaimana menurutmu?” ia menyiritkan keningnya tak mengerti “Penampilanku. Bagimana menurutmu? Apa aku terlihat cantik?”

Manik mata itu menatap Yoona dari ujung kaki hingga ujung rambut. Cantik. Satu hal yang dapat disimpulkan semua orang saat menatap wanita itu. Hari ini penampilan wanita itu didominasi warna coklat yang membuatnya terlihat cantik tapi sederhana.

“Biasa saja” komentar Kyuhyun acuh tak acuh.

“Yak! Bagaiman bisa kau berkomentar seperti itu? Hampir tiga jam aku berdandan untuk malam ini. Dan kau hanya bilang biasa saja” teriak Yoona dengan wajah merah padam.

Kepala pria itu menggeleng beberapa kali. Heran dengan wanita didepannya kini. Tangannya terulur dan dengan cepat mengetuk pelan kening porselen itu “Kau pikir ini acara apa? Aku hanya mengajakmu makan malam, bukan ingin melamarmu”

Rasanya Yoona ingin sekali menghantamkan kepalanya sekarang juga. Liat pakaian yang dipakai pria itu. Sangat sederhana. Kyuhyun hanya mengenakan celana jins dan kemeja berwarna putih bukan tuxsedo. Kenapa Yoona berpakaian seperti itu? Ia terlihat seperti ingin menghadiri acara pernikahan orang lain.

Ugh… malu…

“Hey, kau mau kemana?” cegah Kyuhyun saat melihat Yoona berbalik.

“Aku ingin mengganti baju”

“Arrgh… kau ini! Sudahlah, tidak usah. Kita akan kemalaman kalau kau mengganti baju” ujar Kyuhyun sambil menarik tangan Yoona dan sedikit mendorong tubuh wanita itu kedalam mobil.

“Kau menyukainya?”

Wanita itu mengangguk dengan antusias. Tak pernah terpikir olehnya Kris akan melakukan ini semua kepadanya. Makan malam dipinggir pantai dan ditemani melodi indah yang berasal dari sebuah biola. Sungguh romantis, bukan? Ia merasa hatinya berbunga-bunga sekarang. Dengan senyuman manis ia berkata “Terima kasih Kak. Ini benar-benar romantis”

Kris ikut tersenyum dengan manis. Yeah, jarang sekali orang pendiam dan dingin seperti Kris Wu tersenyum. Kecuali, jika ada sesuatu yang menguntungkan baginya. Kalian mengerti bukan? Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Kecuali, pohon itu terdapat dipinggir sungai, bisa saja buahnya jatuh dan hanyut disungai. Teori yang bodoh!

Kris merogoh saku tuxsedonya. Meraih sebuah kotak kecil berwarna merah marun dari sana. Kalian tidak bodoh bukan? Jadi, tidak perlu dijelaskan. Pria itu menatap Seohyun yang tengah tersenyum lebar sambil menatap kagum kesekeliling. Wanita itu tak mampu mengalihkan pandangannya dari pantai yang berada disamping kanannya kini. Sepertinya pantai itu jauh lebih menarik dari pada kekasihnya.

Tarikan pelan yang terjadi pada tangan Seohyun. Membuat wanita itu sedikit tersentak. Mau tidak mau ia harus merelakan pemandangan pantai yang sangat mempesona yang dapat tergapai indera penglihatannya lagi. Karna semua indera miliknya, sudah beralih pada pria tampan keturunan China didepannya kini.

Kening wanita itu berkerut “Ada apa?”

Bukannya menjawab, pria itu malah memasangkan cincin bertatahkan berlian pada jari manis kekasihnya. Membuat wanita itu kembali tersentak kaget. Tapi sejurus kemudian, ia tak dapat menahan senyum manisnya. Senyuman yang mampu membuat semua pria mabuk kepayang.

“Maukah kau menjadi pendamping hidupku?” demi Tuhan, rasanya jantung Seohyun melocos kebawah “Menjadi Ibu dari anak-anakku kelak?”

Tanpa banyak omong Seohyun segera mengangguk dengan anusias dan ditemani senyuman manis itu “Tentu saja” ia masih tak percaya “Aku mau”

Dibelahan dunia lain. Seorang wanita yang baru saja membasahi tenggorokkannya dengan air-karna baru saja melahap satu piring steak- menatap kesekelilingnya dengan jengkel. Oh ya, ini sebenarnya acara apa? Dia tahu, pria tampan bermarga Cho didepannya kini sedang mengajaknya makan malam. Dia tidak bodoh, oke.

“Yak! Apa-apaan kau ini?” Yoona masih menatap kesekeliling lalu berhenti pada satu titik fokus “Sebenarnya ini acara apa?”

“Memangnya, kau pikir ini acara apa?” tanya pria itu acuh tak acuh, membuat wanita didepannya mendengus kesal.

Jujur saja ya, kalau wanita itu tidak memandang Kyuhyun sebagai teman kecilnya. Mungkin saja sekarang ia sudah menendang wajah pria tampan itu. Sungguh. Kyuhyun benar-benar menyebalkan hari ini. Apa pria itu sedang PMS? Yoona menghembuskan nafasnya kasar.

“Coba kau lihat” jari telunjuk wanita itu mengarah kesetiap pelosok restoran yang sangat mewah ini “Tidak ada pengunjung lain disini. Berarti kau menyewa seluruh restoran ini. Dan lagi, ada musik klasik yang sangat indah. Kau seperti ingin melamarku saja”

Kyuhyun tersenyum evil “Aku memang ingin melamarmu” ia menarik tangan Yoona lalu memasukkan sebuah cincin kejari manis wanita itu lalu berkata dengan senyuman manis yang sama sekali tidak dibuat-buat “Ayo, kita menikah”

“Yak! Jangan bercanda bodoh!”

Telinga Kyuhyun berdengung setelah mendengar teriakkan itu. Ia tak mungkin menyalahkan wanita didepannya-hanya karna wanita itu berteriak sangat kencang padanya. Oh, tentu saja. Siapa yang tidak terkejut saat seseorang tiba-tiba mengajakmu menikah. Apalagi dengan kata-kata yang sangat frontal seperti tadi.

‘Ayo kita menikah’. Apa pria itu bercanda? Dari apa yang diucapkan pria itu saja, sudah menjelaskan fakta bahwa Kyuhyun tidak serius. Dia berbicara dengan nada datar dan terdengar sangat bodoh ditelinga Yoona. Memang, apa yang pria itu pikirkan? Mengajaknya menikah, tapi terdengar seperti mengajaknya membeli ice cream.

“Aku serius, Im Yoona” Yoona masih tak bergeming. Ia hanya menatap lurus kemata Kyuhyun, mencari kebohongan disana. Pria itu akhirnya memejamkan mata dan menghembuskan nafas panjang “Aku memang bukan pria yang romantis. Mungkin tidak seromantis kekasihmu yang dulu. Tapi, tidak sedingin Sehun. Kau tahu? Sulit untukku merangkai sebuah kalimat yang menjelaskan seluruh perasaanku. Dan aku memilih tiga kata itu. Kupikir kau akan langsung mengerti”

Kelopak mata itu terbuka lebar. Menampakkan bola mata sehitam arang yang dihiasi dengan bulu mata panjang dan lentik-lentik untuk ukuran seorang pria. Kedua telapak tangan besar berotot-membungkus punggung tangan Yoona. Menggenggam tangan itu dengan erat, seakan takut ada seseorang yang akan mengambil wanita itu darinya “Aku serius, Im Yoona. Maukah kau menikah denganku?”

Seketika telinga Yoona terasa tuli. Ia tidak mampu menyimak ucapan Kyuhyun selanjutnya. Ia terkejut. Mungkin tepatnya, sangat terkejut dengan ucapan pria itu. Seorang pria yang hanya dianggapnya Oppa sejak kecil-yeah, walaupun pria itu pernah menyatakan perasaannya waktu Yoona masih duduk dibangku sekolah dasar dan saat itu Yoona hanya menganggapnya sebuah lelucon-dan tiba-tiba pria itu melamarnya.

Yoona tidak bodoh untuk berpikir kalau semua ini adalah lelucon. Kyuhyun sudah sangat dewasa untuk membuat lelucon konyol semacam ini. Bukannya Yoona terlalu percaya diri, kalau ini semua bukan lelucon dan pria itu benar-benar melamarnya. Tapi semua bukti yang dia beberkan didalam otaknya, menyatakan bahwa pria itu serius. Yoona tidak mempungkiri perhatian dan kasih sayang yang ditunjukkan Kyuhyun padanya. Dan Yoona terlalu pintar untuk berpikir, Kyuhyun hanya menganggapnya sebatas sahabat atau adik.

Pria itu benar-benar menyukainya. Satu hal yang ia yakini.

“Percayalah”

Yoona masih tak bergeming. Perlahan matanya terpejam. Luka ini! Luka ini belum sembuh! Luka ini masih menganga lebar dengan nanah dan darah yang menghiasinya! Wanita itu terlalu takut untuk membuka lembaran baru hidupnya. Ia terlalu sakit untuk menenggok kebelakang. Ia hanya diam ditempat, tidak maju ataupun mundur dan menurutnya itu adalah hal yang terbaik untuknya.

“Aku tidak akan menyakitimu. Seperti yang dilakukannya”

Well, semua pria didunia ini akan mengatakan hal itu. Semua pria berjanji tidak akan menyakiti wanita yang dicintainya. Oke, ini kisah nyata. Bukan dongeng atau drama. Pasti dan akan terjadi-pasti pria itu menyakiti hati wanitanya walau sekali, itu pasti. Melihat fakta itu, pasti semua wanita didunia ini akan berpikir dua kali untuk mempercayai seorang pria. Tapi hey, apa semua pria didunia ini sebrengsek itu? Yeah, selama dua puluh tujuh tahun hidupnya, ia hanya dikelilingi pria-pria brengsek. Yoona yakin, Kyuhyun tak sebrengsek orang-orang yang dikenalnya dulu.

Apa salahnya membuka lembaran baru?

“Kenapa?” tanya Yoona masih dengan mata terpejam “Kenapa kau melamarku?”

“Karna aku mencintaimu” ujar Kyuhyun cepat.

“Baiklah” kelopak mata secantik kelopak bunga tulip itu terbuka-menampakkan bola mata yang berseri-seri terkenap terpaan cahaya lampu yang terang benderang. Untuk beberapa detik Yoona menatap Kyuhyun dengan seksama “Aku akan mencoba,” senyuman semanis permen kapas muncul dipermukaan “Mencoba mencintaimu”

~TBC~

Hai hai chap 2 untuk ff ini sudah muncul nih, adakah yang merindukannya? masih inget chap sebelumnya kan? 😉 kalo lupa silahkan baca ulang^^ hehehe karena author lagi mau banyak bacot karena harus belajar buat uts terakhir bseok *loh kok jadi curhat?* hehehe karena takut lupa untuk post jadi author post sekarang aja deh, berbarengan dengan I Do Not Believe 🙂 oke deh ditunggu komntar dari kalian kalian ya^^

35 thoughts on “Painfully (Chap 2)

  1. agak lupa sama cerita sebelumnya, jadi agak bingung, mian.
    tapi menarik, semoga yoona bisa nerima kyuhyun sepenuh hati 🙂

Leave a reply to Seellah Cancel reply